Metode DCF (Discounted Cash Flow) dalam Valuasi Saham

Posted on

Metode DCF– Analisis fundamental merupakan suatu metode analisis saham dengan menggunakan metode pendekatan laporan keuangan untuk mengetahui nilai suatu saham, apakah nilainya wajar, murah atau mahal.

Apa itu Metode DCF ?

Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh fundamentalist dalam memprediksi nilai suatu saham, diantaranya dengan metode DCF (Discounted Cash Flow)

Metode DCF adalah metode valuasi yang digunakan untuk memperkirakan nilai investasi berdasarkan arus kas yang diharapkan dimasa depan.

Metode DCF ini banyak digunakan oleh praktisi dan professional keuangan dalam menilai suatu investasi baik properti, saham maupun proyek-proyek besar.

Kegiatan investasi merupakan kegiatan memprediksi masa depan dengan memanfaatkan data-data yang ada untuk digunakan dalam pengambilan keputusan saat ini.

Dalam memanfaatkan data-data tersebut tiap investor berbeda-beda dan kadang hasilnya juga berbeda oleh karena itu bisa dikatakan bahwa kegiatan investasi merupakan sebuah ilmu seni bukan ilmu pasti

Seni Valuasi

Metode DCF dalam valuasi saham juga merupakan bagian dari seni dalam keilmuan investasi karena terdapat prediksi yang berbeda-beda pada masing-masing investor dalam menggunakannya walaupun cara analisisnya sama yakni dengan cara DCF.

Oleh karena itu investor yang ingin melakukan valuasi dengan metode DCF hendaknya memiliki kemampuan untuk memproyeksi cash flows masa depan dan kemampuan menentukan tingkat diskonto (discount rate) yang akan digunakan

Metode DCF memang terkesan rumit, yang perlu anda ketahui bahwa tidak ada jaminan bahwa semakin rumit suatu metode yang digunakan akan menjadikan investasi anda untung atau berhasil.

Anda bisa menggunakan metode lain yang lebih sederhana tergantung kenyamanan anda dalam berinvestasi. Namun demikian, metode DCF memberikan ‘penawaran’ pada anda tentang informasi atau prediksi nilai investasi kedepannya

Bagaimana cara menggunakan metode DCF dalam menilai suatu saham?

Untuk mempermudah memahaminya maka kita langsung saja meggunakan metode DCF pada saham tertentu, misalnya saham BRI

Mengumpulkan Data

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengumpulkan data dari saham BRI untuk dipergunakan menghitung tingkat diskonto.

Data tersebut meliputi: suku bunga bebas risiko, beta saham BRI, dan ekspektasi kenaikan IHSG per tahun.

Suku bunga bebas risiko bisa kita peroleh dengan menggunakan angka rata-rata tingkat bunga deposito yang ditawarkan perbankan saat ini atau kita juga bisa gunakan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun.

Beta saham BRI bisa kita cari di google dengan kata kunci “BBRI beta”atau bisa dilihat di situs yang menyajikan informasi data emiten.

Sedangkan ekspektasi IHSG per tahun berdasarkan asumsi kita menilai kenaikan IHSG tiap tahunnya.

Inilah kenapa investasi merupakan bagian dari seni karena tidak ada penilaian yang pas atau 100 persen akurat sebagaimana layaknya pelajaran matematika karena ada unsur subjektif dari masing-masing investor dalam melakukan analisisnya

Sebagai contoh:

dari data yang dikumpulkan diperoleh data sebagai berikut:

Suku bunga bebas risiko = 6.0%

Beta BBRI = 1.41

Ekspektasi kenaikan IHSG per tahun = 10% (anda bisa memperkirakan kenaikan IHSG dengan melihat data pekembangan IHSG 10 tahun terakhir)

Dari data tersebut maka kita bisa menghitung tingkat diskonto dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Diskonto = Suku bunga bebas risiko + Beta x (harapan kenaikan pasar – suku bunga bebas risiko)

Tingkat Diskonto (Discount Rate) BBRI= 6.0% + 1.41 x ( 10% – 6.0%) = 14%

Hitung Tingkat Pertumbuhan

Langkah kedua, Hitung tingkat pertumbuhan berkelanjutan atau Sustainable Growth Rate (SGR)

Dalam menghitung tingkat pertumbuhan ini yang perlu anda lakukan adalah menentukan asumsi tingkat ROE (return on equity) dan asumsi tingkat Dividend Payout Ratio (DPR)saham BBRI kedepannya dalam jangka panjang.

Untuk menentukan asumsi ini perlu dilihat data dari ROE dan DPR beberapa tahun sebelumnya, misalnya anda membuat asumsi tingkat pertumbuhan berdasarkan rata-rata ROE dalam 5 tahun terakkhir (atau bisa juga anda lihat di situs yang menyediakan informasi ini misalnya: situs investing, dll). Hal yang sama dilakukan dalam menentukan asumsi tingkat DPR

Sebagai contoh:

kita menentukan asumsi tingkat ROE berkelanjutan (Sustainable ROE ) untuk jangka panjang berdasarkan data 5 tahun terakhir sebesar 19.34%. sedangkan untuk asumsi tingkat DPR berkelanjutan untuk jangka panjang sebesar 70%

Setelah data tersedia maka kita hitung tingkat pertumbuhan berkelanjutan atau Sustainable Growth Rate (SGR)BBRI dengan rumus sebagai berikut:

SGR = Sustainable ROE x (1-DPR)

SGR = 19.34% x (1-70%) = 5.8%

Tentukan Estimasi Pertumbuhan

Langkah ketiga,   menentukan estimasi pertumbuhan dividend 5 tahun kedepan (atau sesuai dengan tahun target investasi anda bisa diatas 5 tahun misalnya 6 tahun dsb tergantung limit time horizon investasi anda)  dengan cara melihat besaran dividend tahun terakhir.

Misalnya tahun 2019, dividend yang dibagikan sebesar Rp. 168.2/lembar

Maka kita asumsikan dividend-nya dalam hal ini future value-nya kedepan selama 5 tahun mulai tahun 2020, sebagai berikut:

2019= 168.2

2020       = (9%) = 183.3 

2021       = (8%) = 197.10

2022       = (7%) = 210.9

2023       = (6%) =223.6

2024       = (5.8%) = 236.6

Tentukan PV dan TV

Langkah keempat. Tentukan masing-masing tahun Present Value-nya (PV)  dan Terminal Value (TV). Adapun rumus PV dan TV sebagai berikut:

PV = Future Value / (1 + Discount Rate )n

Future Value  = PV x (1 + Discount Rate)n

TV = Estimasi Cashflows (dividend) / (Discount Rate – SGR)

Keterangan:

Future Value bisa disebut juga sebagai Estimasi dividend. Sedangkan n = proyeksi selama tahun tertentu, misalnya proyeksi selama 5 tahun atau 7 tahun dll

Selanjutnya kita hitung masing-masing tahun PV-nya, sebagai berikut:

PV:

2020 = 183.3 / (1 + 14% atau 0.14)1 tahun pertama = 160.8

2021 = 197.10 / (1 + 0.14)2 tahun kedua = 151.6

2022 = 210.9 / (1 + 0.14)3 tahun ketiga = 140.6

2023 = 223.6 / (1 + 0.14)4 tahun keempat

Khusus untuk tahun ke empat (dari proyeksi 5 tahun) maka kita tentukan TV-nya dengan cara sebagai berikut:

TV = Estimasi dividend tahun ke-5 / (Discount Rate – SGR )

     = 236.6 / (14% – 5.8%)

     = 236.6 / (0.14 – 0.058)

     = 236.6 / (0.082) = 2885

Maka valuasi tahun ke-4 = (TV + Estimasi dividend tahun ke-4) / (1 + 0.14)4 tahun keempat

=  (2885 + 223.6)/ (1 + 0.14)4

= 3108/ 1689

= 1840

Jumlahkan semua hasil nilai valuasi pertahun mulai tahun 2020 s/d 2024 untuk mengetahui nilai wajarnya, sb:

160.8 + 151.6 + 140.6 + 1840 = 2.293

Maka di dapat nilai wajar dari saham BBRI sebesar Rp. 2.293. Untuk menilai harga saham mahal, wajar atau murah bisa anda bandingkan dengan harga saham emiten BBRI yang beredar di pasaran saat ini.

——-

Disclaimer: analisis ini untuk tujuan pembelajaran demikian dengan data emiten yang digunakan, kami tidak menjamin analisis dan penghitungan data dalam artikel ini akurat dan benar 100%. Jika anda membuat keputusan investasi berdasarkan analisis ini maka semua tanggungjawab ada pada pribadi anda.   

Baca juga: Metode CANSLIM pada saham unggulan

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *