Mengapa Banyak Murid Pintar Bekerja Pada Murid Bodoh

Posted on

Murid Pintar Bekerja Pada Murid Bodoh– Mengapa banyak orang yang dulunya menjadi murid pintar (murid A) di sekolah justru banyak bekerja dan menjadi karyawannya orang yang dulunya di sekolah tidak pintar (murid C) ?

Mungkin anda sudah mendengar hal seperti ini dari bukunya Robert T Kiyosaki, yup. Buku yang membahas tentang itu berjudul Why “A” Students Work for “C” Students 

Robert menjelaskan dalam bukunya kebanyakan kasus yang terjadi di masyarakat dimana murid-murid yang terkenal “pintar” di sekolah malah akhirnya bekerja untuk murid-murid yang digolongkan “bodoh” atau biasa saja di sekolah.

Kalau kita perhatikan apa yang disampaikan oleh Robert tersebut. Juga sering kita jumpai disekeliling kita bahkan mungkin saja kita termasuk diantaranya.

Coba anda ingat teman anda yang terkenal pintar dan selalu ranking kelas waktu sekolah atau kuliah dulu. Dimana dia saat ini ? apakah mereka jadi karyawan/pegawai, atau kah pemilik kerajaan bisnis yang mempekerjakan banyak karyawan !

Cara Pandang Murid Pintar

Kebanyakan murid A berasal dari keluarga yang orang tuanya karyawan/pegawai atau professional seperti dokter, pengacara dan insinyur.

Dan kemungkinan besar yang akan terjadi pada anak-anak mereka adalah mengikuti jejak orang tuanya dalam hal karir.

Anak PNS kemungkinan besar akan mengikuti orang tuanya yang PNS. Atau bahkan orang tuanya mengajarkan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada anak untuk menjadi PNS/karyawan.

Nah, Robert menjelaskan dalam bukunya letak kesalahan pada cara pandang tersebut.

mengenal cashflow quadrant
Gambar: Cashflow quadrant

Kebanyakan murid A berada di kuadran sebelah kiri. Dimana pendapatannya banyak digunakan untuk membayar cicilan dan pengeluaran rumah tangga seperti cicilan rumah, kendaraan, pajak, kartu kredit dan pengeluaran lainnya.

Oleh karena itu, dipastikan uang yang tersisa akan sangat sedikit. Kejadian seperti ini banyak terjadi dikalangan kelas menengah kebawah seperti para karyawan/pegawai dan wiraswasta yang mayoritas berada di kuadran kiri

Di sisi lain, pada kuadran sebelah kanan adalah pemilik bisnis dan investor. Biasanya mereka bukanlah murid A yang selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah atau universitas. Mereka bukanlah peringkat atas disekolah dan juga rata-rata tidak terlalu jelek atau bodoh tetapi mereka semua cerdas secara finansial.

Aset vs Liabilitas

Mereka memiliki cara pandang yang benar tentang uang dan kekayaan, memahami dan mengerti apa yang disebut asset dan liabilities.  

Aset (assets) merupakan segala sesuatu yang menghasilkan uang masuk pada dompetmu sedangkan kewajiban (liabilities) merupakan segala sesuatu yang mengeluarkan uang dari dompetmu.

Cara berpikir murid A lurus-lurus saja seperti yang diajarkan di sekolah. Maka tidak ada bedanya dengan yang lainnya dalam hal bisnis.

Misalnya: murid A berpikir bahwa rumah adalah aset padahal sebenarnya rumah adalah liabilitas dimana orang yang punya rumah harus menanggung/mengeluarkan uang untuk cicilan, pajak, pemeliharaan dan biaya lainnya yang menyebabkan uang keluar dari dompetnya

Rumah akan menjadi aset jika rumah yang dimiliki disewakan dan menghasilkan uang masuk ke dalam kantong secara rutin dari rumah yang disewakan tersebut.

Oleh karena itu, cara berpikir orang kaya dengan cara terus mencari cara untuk meningkatkan aset mereka seperti memiliki bisnis, rumah yang dapat disewakan, investasi dan lain sebagainya.

Orang Kaya, Menengah dan Miskin

Orang kaya akan selalu mendapatkan sumber pemasukan terlepas mereka bekerja atau tidak. Semua bisnis dan asetnya menjadi sumber pemasukan ke kantong mereka secara terus menerus karena sudah terbentuk sistem yang menjadi mesin uangnya.

Mereka mempekerjakan orang agar mesin uang nya ini (bisnis dan aset lainnya) berjalan dengan baik. Oleh karenanya, Robert menyebutkan bahwa orang kaya tidak bekerja untuk uang tetapi mereka bekerja untuk membangun dan meningkatkan aset.

Di sisi lain, orang yang berada di kelas menengah dengan gaji tinggi seperti dokter, pengacara, dan insinyur biasanya hanya bergantung pada satu sumber pendapatan saja.

Sumber pendapatannya digunakan untuk biaya-biaya pengeluaran dan gaya hidup, kelihatan seperti orang kaya tapi mereka tidak memiliki aset yang menjadi sumber mesin uangnya, ketika mereka berhenti bekerja maka merekapun akan bangkrut.

Sedangkan orang miskin? Mereka hanya memiliki pengeluaran dan tidak memiliki aset. Tidak ada yang salah ketika semuanya memulai dari nol yakni menjadi seorang karyawan. Namun jangan berhenti pada satu kuadran saja.

Biasanya, mereka yang baru lulus kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan langsung ingin memiliki rumah, mobil, dan gadget terbaru.

Mereka tidak menyadarai bahwa hal seperti itu membuatnya terikat pada pengeluaran yang menyedot uang dari dompetnya. Penghasilannya habis untuk pengeluaran dan gaya hidup tidak ada sisa untuk membangun aset. Itu yang membuat orang tidak kaya.

Murid Pintar Tidak Terbiasa Gagal

Perbedaan lainnya menurut Robert, murid pintar tidak terbiasa gagal mereka ingin selalu menjadi peringkat 1. Oleh karena itu, mereka tidak mengerti bagaimana menghadapi sebuah kegagalan.

Dalam dunia bisnis, kegagalan adalah pelajaran wajib yang kebanyakan diterima oleh pebisnis. Yang perlu diketahui bahwa aset dan bisnis juga mengandung risiko.

Dalam hal memulai bisnis, 9 dari 10 percobaan yang dilakukan biasanya akan gagal. Sangat jarang sekali memulai bisnis langsung sukses.

Nah, karena fakta tersebut maka murid A tidak berani mengambil risiko kegagalan yang mungkin akan terjadi ke depannya.

Oleh karena itu, mereka mencari aman dengan menjadi pegawai negeri atau profesional di sebuah perusahaan ternama yang dibangun oleh murid C yang telah gagal dan jatuh berkali-kali dalam usahanya dalam mengembangkan perusahaan tersebut.

Ketika orang tua kamu menyuruhmu untuk pergi ke sekolah, belajar yang rajin, dan peroleh nilai yang baik maka dengan kata lain mereka menyuruhmu untuk  rajin belajar agar nantinya kamu bisa bekerja pada perusahaan yang dimiliki murid C yang telah berjuang melalui kegagalan dan kerja keras untuk bisa memiliki bisnis yang sukses.

Tidak ada jalan pintas menuju sukses semuanya butuh proses termasuk kegagalan. Untuk menjadi kaya jangan bergantung pada satu sumber pemasukan tapi ciptakan sumber pemasukan lain dan bangun aset yang produktif.

Tidak ada salahnya untuk memulai dari bawah, menjadi karyawan dan bisnis kecil-kecil sambil terus berproses untuk menuju kuadran tempatnya orang-orang kaya sebagaimana dijelaskan diatas. Demikian mengapa Murid Pintar Bekerja Pada Murid Bodoh

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *