Toxic Family- Halo sobat Mibi dalam kehidupan kita mempunyai hak sebagai anak untuk meminta perhatian waktu motivasi dari orang tua kita
Namun sebagian orang tidak mendapatkan itu tentu berat untuk mereka yang belum mendapatkan perhatian waktu dan motivasi dari orang tua mereka masing-masing dan kali ini saya akan membahas tentang toxic family.
Table of Contents
Toxic Parent
Anak-anak yang tumbuh dengan iringan orangtua yang destruktif dan kasar mampu meracuni psikologis anak dan dalam istilah psikologi orang tua seperti itu sering disebut toxic parents.
Istilah toxic parents sendiri hanya berlaku kepada orang tua yang memiliki perilaku buruk. Seperti kekerasan fisik maupun kata-kata yang membuat anak down.
Seringkali orangtua melontarkan kata-kata yang mungkin tidak pantas untuk di dengar anaknya. Didalam usia yang rentan depresi anak sungguh butuh yang namanya motivasi apalagi dari orang tua.
Namun ketika orang tua mereka sendiri yang membuat mereka depresi itu dampaknya lebih ekstrim daripada selain orang tua mereka.
Anak yang terdidik dari orang tua yang toxic cenderung melampiaskan depresi mereka kepada teman pada lingkungan ataupun kepada sesuatu yang merugikan mereka seperti minum-minuman keras bahkan sampai narkoba.
Ciri Toxic Parent
Anak sangat butuh tempat yang mereka anggap sebagai rumah. Dan ketika orang tua saja tidak bisa menjadi rumah untuk mereka. Lantas ke mana mereka akan berbagi cerita, berbagi curhatan hati mereka, berbagi pengalaman mereka. Berbagi statistika perkembangan mereka kalau tidak kepada orang tua.
Ciri-ciri orang tua yang toxic atau disebut toxic parent :
1. Menelantarkan kebutuhan emosional anak
Orang tua tidak hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan fisik anaknya namun juga kebutuhan emosional. Banyak orangtua yang mengaku memberikan kasih sayang namun hanya dalam bentuk finansial
Yang harus kita ketahui sebagai calon orang tua kita juga harus memenuhi kebutuhan emosionalnya. Tempat curhat semisal tempat berbagi cerita tempat bercanda kita harus bisa menjadi teman, pacar, kakak, adik, dan yang pasti sebagai orang tua.
2. Berekspektasi terlalu tinggi
Banyak orang tua yang meminta anaknya menjadi perfect yang seringkali kita jumpai seperti membanding-bandingkan dengan anak tetangga yang lebih pintar, lebih cantik, lebih tampan. Berekspektasi boleh namun tidak berlebihan, juga harus memahami apa yang menjadi tujuan anak dan selalu memotivasi.
3. Tidak empati
Kebanyakan orang tua tidak tahu kondisi emosional anak, tidak peduli dengan keadaan atau situasi anaknya dan tak mau tahu ketika anaknya belum bisa memenuhi target mereka.
4. Menyalahkan anak atas emosinya
Banyak juga orang tua yang sering melampiaskan amarah mereka kepada anaknya, menyalahkan atas apa apa yang yang membuat mereka marah semisal dengan kata-kata “gara-gara kamu semua jadi susah”
5. Menjadi orang tua yang yang bisa disebut rumah untuk anak
Rumah adalah tempat untuk pulang rumah adalah tempat untuk istirahat dari penatnya masalah-masalah kehidupan rumah adalah tempat untuk bercanda ria untuk melepaskan semua beban beban yang ada di luar rumah dan rumah itu adalah orang tua.
Bagaimana orang tua bisa memahami posisi anaknya. Tidak menuntut berlebihan atas pencapaian anaknya dan tidak menaruh cita-citanya sendiri kepada anaknya. Yang terakhir ini mungkin banyak dilakukan orang tua atas kegagalan mereka meraih cita-cita. Dan anaknya menjadi objek untuk pemenuhan hasrat cita-citanya.
So mari kita belajar untuk yang sudah menjadi orang tua ataupun yang akan menjadi orang tua. Kita belajar memahami apa kemauan anak, kebutuhan anak apa saja,
Dan yang bisa kita lakukan untuk anak karena mereka lahir tidak dari keinginan mereka sendiri namun kita yang memilih untuk melahirkan mereka.
“Jangan sampai anak kita punya rumah yang lebih nyaman dari kita sebagai orang tua, ayo jadi rumah idaman mereka”
Sekian untuk artikel toxic family kali ini, terimakasih untuk para pembaca dan sampai jumpa.
Artikel terkait: 6 Jenis Toxic Parenting yang Perlu Dihindari