Penyanderaan Mapenduma, Keputusan Kasfh-e Hijab Dikeluarkan

Posted on

Halo sobat Mibi hari ini tanggal 8 Januari telah tercatat dalam sejarah nasional dan dunia beberapa peristiwa penting dan menarik untuk disimak bersama sebagai tambahan pengetahuan umum, diantaranya Keputusan Kasfh-e Hijab Dikeluarkan dan Penyanderaan Mapenduma

Dekrit Kasfh-e Hijab

Sejak  86 tahun yang lalu pelarangan penggunaan jibab dan sejenisnya yang digelorakan oleh Dinasti Reza Shah Pahlavi di Iran sejak tanggal 8 Januari 1936, tetap tidak menghilangkan tradisi penggunaan jilbab di Iran hingga saat ini. Jilbab masih populer hingga sekarang, namun sejarah hitam itu tetap membekas di warga Iran terutama bagi wanita.

Pendiri dinasti Pahlavi melarang wanita mengenakan kerudung tradisional Islam yang menutupi seluruh tubuh (cadar) dan jilbab.

Pahlavi sebelumnya telah menghabiskan beberapa tahun mempromosikan “kashf-e hijab,” atau membuka cadar. Dengan mewajibkan guru dan siswa perempuan untuk menghadiri sekolah secara terbuka.

Larangan Jilbab

Pahlavi menganggap jilbab dan pakaian tradisional Iran sebagai tanda ‘keterbelakangan’. Dan juga mencoba memaksa pria untuk memakai apa yang dia anggap sebagai kostum yang layak dengan menggunakan setelan jas layaknya tradisi orang Eropa.

Dengan larangan jilbab, banyak wanita tinggal di dalam rumah mereka selama bertahun-tahun. Gerbong untuk menghindari konfrontasi dengan polisi yang jika perlu menggunakan kekerasan untuk mengungkap mereka.

Bahkan ada beberapa wanita yang memilih untuk mengakhiri hidupnya daripada dipaksa untuk membuka penutup kepalanya itu.

Larangan itu diumumkan pada upacara kelulusan perguruan tinggi guru Teheran. Dimana ratu dan dua putri Pahlavi muncul di depan umum dengan pakaian Barat. Pahlavi menekankan dalam pidatonya bahwa wanita harus menonjol baik di masyarakat dan juga di rumah

Bagi kaum fundamental yang melihat situasi ini, menganggap bahwa dekrit pembukaan cadar, hijab dan penutup kepala lainnya sebagai penentangan terhadap nilai tradisi dan agama – yang mendorong  perlawanan terhadap keputusan dari Pahlavi. Para tokoh yang menentang berakhir dengan pengasingan.

Namun akkhirnya pelarangan terhadap penggunaan hijab mulai mereda seiring dengan pengasingan Pahlavi. Akibat tekanan dari barat terutama Inggris yang menginginkan putra mahkotanya, Mohammad Reza Pahlavi, menjadi suksesor ayahnya. Sehingga tidak sedikit wanita yang kembali ke cara berpakaian tradisional mereka.

Revolusi Islam

Dalam beberapa tahun terakhir sebelum Revolusi Islam 1979, mengenakan jilbab menjadi populer di kalangan generasi muda yang sering melihatnya sebagai sarana untuk mengekspresikan oposisi politik mereka terhadap monarki dan westernisasi masyarakat Iran.

Namun revolusi Iran di tahun 1979 yang menggulingkan Dinasti Pahlavi, justru membalikkan keadaan. Ayatullah Khomeini malah mewajibkann setiap wanita untuk memakai penutup kepala, baik itu hijab, cadar, dan lainnya.

Kewajiban untuk memakai kerudung bagi wanita dipandang memberatkan. Serta menganggap keputusan itu tidak ada bedanya dengan pelarangan hijab pada masa Pahlavi. Sehingga direspon dengan turun ke jalan untuk memprotes keputusan ini.

Pada hari-hari awal Revolusi, beberapa wanita yang tidak menutupi rambut mereka dilarang memasuki kantor-kantor pemerintah, bank, dan tempat umum lainnya.

Undang-undang yang mengharuskan perempuan untuk menutupi rambut kepala dan mengenakan mantel panjang yang longgar di depan umum disahkan pada tahun 1983. Dan mereka yang menentangnya, bahkan jika ketahuan di dalam mobil, berisiko menghadapi denda, cambuk atau hukuman lainnya.  

Penyanderaan Mapenduma

Sekelompok peneliti yang memetakan kawasan alam liar di Taman Nasional Lorentz disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik. Dia merupakan Panglima Komando Daerah Perang III pada tanggal 8 Januari 1996.

Kegiatan itu merupakan penelitian gabungan antara kampus Universitas Nasional Jakarta untuk bagian Biological Science Club dan juga Emanuelle College dari Cambridge University.

Peserta yang ikut dalam penelitian berasal dari peneliti lintas negara yaitu Indonesia, Inggris dan Belanda serta ada seorang pendeta, petugas kehutanan, dosen dan warga sipil lainnya dengan total 26 orang.

Kabar tentang penyanderaan dihantarkan oleh Mission Aviation Fellowship pada tanggal 8 Januari 1996 kepada Komando Distrik Militer Jayawijaya.

Mapenduma, kabupaten Nduga tempat terjadinya peristiwa penyanderaan, beberapa tahun setelahnya. Mengingatkan bahwa di tempat itu juga pernah terjadi tragedi bersenjata yang menewaskan 16 pekerja PT Istaka Karya di tahun 2018. 

Upaya Pembebasan

Prabowo Subianto yang baru saja mengemban tugas sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopasus) memimpin tugas pembebasan sandera. Menurut beberapa ahli, tindakan dari Prabowo itu untuk menarik simpati dan reputasinya di mata publik nasional dan juga internasional.

Sebelum dilakukan penyergapan, upaya mediasi dilakukan dengan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menjadi mediatornya beserta dengan Uskup Jayapuya, Mgr. Ferdinan Marie Munninghoff.

Dalam upaya mediasi, berhasil membebaskan 13 dari 26 sandera, sehingga masih ada 13 sandera lagi yang belum dibebaskan.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari sang Uskup yang diketahui kemudian bahwa Kelly Kwalik adalah dulunya anak rohaninya semasa masih remaja, yang berhasil membujuk pembebasan sandera.

Janji pembebasan seluruh sandera diberikan Kelly jikalau seluruh pasukan ABRI ditarik dari bumi Cendrawasih – sebuah permintaan yang mustahil dilakukan.

Akibatnya para sandera di bawa ke pedalaman hutan yang sedikit orang tahu lokasinya jika tidak melibatkan warga lokal.

Dengan terus pendekatan ICRC berhasil membujuk untuk melepaskan sisa sandera yang masih ditahan, Kelly menjanjikannya pada Mei 1996.

Namun salah satu pimpinan OPM itu berubah pikiran dan tidak bersedia lagi menyerahkan sandera, dengan situasi itu, ICRC menarik diri dari upaya mediasi – upaya militer dilakukan.

Akhir Krisis

Singkat kata, dibawah komando Prabowo Subianto, ABRI berhasil menyerbu markas Kelly dan melumpuhkan para pengikutnya dengan menggunakan helikopter yang menyerupai milik ICRC (ICRC sering memberikan bantuan medis di Irian Jaya).

Krisis penyanderaan Mapenduma berakhir selama 130 hari melalu upaya mediasi dan pengejaran. Namun yang diasayangkan adalah, 2  sandera harus meregang nyawa yaitu Navi Panekenan, peneliti biologi dan Mathia Yosias Lasamahu, peneliti ornitology.

Para ahli berpandangan jika kengototan Kelly Kwalik yang tidak mau membebaskan sandera karena tindakannya menarik perhatian dunia internasional atas kondisi di Irian Jaya. Terlebih lagi karena adanya para peneliti dari Eropa yang ditahan, serta keterlibatan ICRC sebagai organisasi kemanusiaan internasional.

Nasib Kelly berakhir tragis dengan kematian akibat ditembak dari tim Densus 88 di tahun 2009, di kediamannya. Sementara Prabowo disisi lain mendapatkan ‘Bintang Pujian’ karena dipandang berhasil membebaskan para sandera.

Info lain: Now You Know – 9 Desember: Pembantaian Rawagede, Hari Anti Korupsi Sedunia, Tragedi KRL Bintaro dan Lech Walesa Presiden Polandia Pertama

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *