Cara Menggunakan Indikator Moving Average

  • Share

Mikaylabinar.com– Moving Average (MA) merupakan salah satu indikator yang secara luas banyak digunakan oleh para trader dan indikator ini termasuk salah satu alat bantu tertua dalam pasar modal. Simak terus tulisan ini untuk mengetahui cara menggunakan Indikator Moving Average

Apa Itu Moving Average ?

Moving Average saham bersifat trend-following (mеngіkutі tren) dаn lagging (tertunda) kаrеnа dіbuаt bеrdаѕаrkаn harga уаng tеlаh terjadi. Indikator yang bersifat Lagging terbentuk setelah harga terjadi di market dan lebih berfungsi untuk membaca trend sehingga memudahkan trader dalam menganalisis trend yang sedang terjadi

MA pada dasarnya adalah indikator pemberi sinyal tentang trend yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi atau memberi sinyal terjadinya trend baru atau memberi sinyal tentang akhir dari trend yang terjadi.

Indikator ini lebih tepatnya dipandang sebagai lekukan garis trend. MA sifatnya follower bukan indikator yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Indikator ini terbentuk sebagai reaksi dari pergerakan harga yang terjadi.

MA mengikuti market dan memberi gambaran kepada kita bahwa trend baru sedang atau telah terjadi. Indikator MA dihasilkan dengan cara menjumlahkan harga yang terjadi pada saat penutupan market selama jam kerja dan dibagi dengan jumlah harinya untuk mendapatkan harga rata-ratanya.

Namun demikian, anda tidak perlu repot-repot menghitungnya secara manual karena program charting saat ini telah tersedia secara otomatis menghitungnya dengan sistem komputer. Tugas anda hanyalah menentukan rentang waktu pada Moving Average saham dan kemudian lakukan analisis hasilnya

Rumus Moving Average

Rumus dari Moving Average adalah sebagai berikut:

(P1 + P2 + P3 + P4 + P5) / n

P1           = harga terkini
P2           = harga kedua terkini, dan seterusnya
n             = jumlah poin data

Baca juga  Cara Menggunakan Indikator Momentum Saham

Sebagai contoh:

Berikut perhitungan 4 hari MA yang menjumlahkan harga penutupan selama 5 hari terakhir dan kemudian hasilnya dibagi 5 untuk mendapatkan harga rata-ratanya. Misalnya harga 10 + 11 + 12 + 13 +14 = 60 kemudian hasilnya 60 : 5 = 12. Diperoleh harga Moving Average selama 5 hari adalah 12.

Misalnya pada hari berikutnya harga penutupan adalah 15. Maka perhitungan diambil 5 hari kebelakangan dari harga closing, yakni 11 + 12 + 13 + 14 + 15 =65, lalu bagi dengan 5 (hari), 65 : 5 = 13

Rata-rata ini terus berubah sesuai dengan jumlah hari dan harga pada saat closing, oleh karenanya MA ini disebut sebagai harga rata-rata bergerak. Harga rata-rata ini ditampilkan dalam bentuk garis dalam aplikasi charting di komputer untuk memberikan sinyal kepada trader.

Semakin panjang MA-nya, semakin kecil pula efek yang ditimbulkan oleh masing-masing harga terhadap rata-rata ini. Semakin pendek rentang waktu MA-nya, semakin dekat pula garis MA dengan harganya dan lebih peka terhadap pergerakan harga terkini.

Sedangkan sisi kelemahannya adalah metode ini berpotensi besar menghasilkan kurva yang tidak stabil. MA dengan lebih panjang menghasilkan kurva yang lebih mulus, namun tidak responsive terhadap harga terkini

Beberapa rentang waktu yang digunakan dalam MA adalah 5, 9, 30 dan 50 hari. Sedangkan yang paling banyak diamati adalah MA dengan rentang waktu 200 hari.

Metode MA banyak digunakan oleh banyak kalangan, mulai dari intraday trader, yang menggunakan metode MA dalam trading real time, hingga hedger, yang biasanya berfokus pada MA bulanan atau bahkan tahunan

Banyak sistem trading teknikal berbasis komputer yang di dasarkan pada MA. Lalu, bagaimana agar MA ini bisa dimanfaatkan ?

Kegunaan MA

Steve Nison dalam bukunya Japanese Candlestick Charting Techniques menyebutkan beberapa kegunaan dari MA, sebagai berikut:

Baca juga  Support Dan Resistance Dalam Trading Saham
  1. Membandingkan harga dengan MA sebagai indicator trend.
    Contohnya, perhitungan yang cocok untuk melihat apakah pasar sedang dalam uptrend jangka menengah adalah bila harga lebih tinggi daripada 65 days-MA (MA 65 harian). Sedangkan untuk uptrend jangka panjang, harganya harus lebih tinggi daripada 40 weeks-MA (MA 40 mingguan)
  2. Sebagai batas support atau resistance.
    Harga close diatas MA menandakan bullish trading. Sedangkan, apabila harga close berada di bawah MA maka menandakan bearish trading
  3. Mengamati rentang MA (juga dikenal dengan istilah envelope).
    Rentang ini merupakan persentase tertentu yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada MA dan dapat berfungsi sebagai batas support atau resistance
  4. Mengamati kelandaian MA.
    Contohnya, jika MA mendatar atau menurun setelah naik terus-menerus dalam waktu lama, maka keadaan ini mengindikasikan bearish trading. Menggambar garis trend pada MA merupakan sebuah metode sederhana untuk mengamati kelandaiannya
  5. Melakukan trading menggunakan double MA.
    Trader dapat membandingkan antara MA jangka pendek (short term) dengan MA jangka panjang (long term). Jika garis MA jangka pendek berpotongan dibawah garis MA jangka panjang, maka trend-nya menurun. Ini dinamakan Dead Cross.

Ketika MA jangka pendek berpotongan diatas MA jangka panjang, maka berpotensi menjadi indikasi bullish, inilah yang disebut golden cross.

Beberapa trader bahkan menggunakan double MA lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa agar trend-nya lebih tinggi, MA jangka pendek tidak sekedar harus diatas MA jangka panjang, namun kurva kedua MA tersebut juga harus bergerak naik.

Cara Menggunakan Indikator Moving Average

Untuk pasar ekuitas, anda bisa menggunakan MA 5 untuk jangka pendek (short term) dan MA 30 untuk jangka panjang (long term), atau anda juga bisa menggunakan MA 20 untuk jangka pendek dan MA 50 untuk jangka panjang.

Baca juga  Pola Triangle Saham Untuk Membaca Pergerakan Market

Untuk pasar kontrak berjangka (future) bisa menggunaka MA 40 dan MA 65. Dan anda juga bisa bereksprimen dengan MA lainnya hingga menemukan rentang MA yang tepat dan dirasa cocok bagi anda

Terdapat beberapa kombinasi MA yang paling umum digunakan, yaitu:

  1. MA 10 dan MA 50, untuk trading saham short-term
  2. MA 20 dan MA 50, untuk medium-term
  3. MA 50 dan MA 200, untuk long-term

Cara menggunakan Indikator Moving Average bisa Anda bereksprimen dengan menggunakan Moving Average saham lainnya sesuai dengan keinginan anda, misalnya untuk futures traders bisa menggunakan kombinasi MA 5 dan MA 20 untuk waktu jangka pendek, dan sebagainya

Kali ini kita coba untuk menggunakan MA20 dan MA50 maka dihasilkan sebagai berikut:

indikator MA moving average

Keterangan:

Charting diatas menggunakan MA 20 dan MA 50 dalam artian Moving Average selama 20 dan 50 hari kerja. Kita bisa menerjemahkan dari pergerakan MA diatas yakni trend apakah yang sedang berlangsung.

Jika harga ( digambarkan dengan candlestick ) berada diatas garis MA maka memiliki arti trend sedang bullish, sebaliknya jika harga berada di bawah garis MA artinya adalah trend sedang bearish

Kemudian, jika MA 20 mengarah keatas dan memotong MA 50 artinya sedang terjadi Golden Cross, yang mengindikasikan akan terjadi trend bullish. Sebaliknya jika MA 20 mengarah ke bawah dan memotong garis MA 50 maka akan terjadi Dead Cross yakni trend akan segera bearish

Lalu dimana posisi trader? Pada saat terjadi golden cross lebih sedikit maka disinilah posisi yang tepat bagi trader untuk buy karena akan terjadi uptrend, begitupun ketika terjadi death cross maka disaat itulah untuk melakukan sell karena pasar akan bearish. (AN)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *