Bisnis  

Karyawan VS Pengusaha Manakah yang Berisiko dan Menjanjikan

Karyawan VS Pengusaha, Manakah yang Lebih Berisiko dan Menjanjikan ?
Karyawan VS Pengusaha, Manakah yang Lebih Berisiko dan Menjanjikan ? (Image: thriveglobal)

Karyawan vs pengusaha- Pekerjaan apapun jika itu memiliki dimensi tersendiri yang seringkali tidak bisa ditembus satu dengan lainnya. Ada beberapa karakteristik tertentu yang hanya bisa dilakukan orang-prang tertentu, dan sebaliknya ada bagian yang bisa dilakukan kebanyakan orang.

Pengusaha dipandang sebagian besar masyarakat lebih memiliki masa depan yang cemerlang dibandingkan seorang karyawan. Sementara karyawan sulit untuk menyaingi pengusaha yang telah memiliki bisnis tertentu untuk menunjang kehidupannya.

Karyawan Vs Pengusaha

Apakah benar stereotype yang dibentuk oleh masyarakat ini? Simak artikel berikut ini yang membahas tentang perbedaan karyawan vs pengusaha dipandang dari berbagai perspektif untuk menjelaskan risiko dan juga prospek dimasa depan dari kedua profesi tersebut.

Penghasilan

Seorang pengusaha pasti akan menerima pendapatan yang lebih besar dari karyawan, apakah benar fakta ini? Sementara disisi lain karyawan menerima gaji/upah yang jumlahnya sudah ditetapkan tiap bulannya.

Jika ingin mendapatkan penghasilan lebih maka harus mengambil lembur, yang tentunya akan mengorbankan waktu dan tenaga lebih.

Pengusaha memang akan mendapatkan penghasilan lebih besar dibandingkan dengan karyawan. Namun perlu diingat penerimaan besar jika kondisi memang lagi dalam keadaan normal. Jadi memang secara kasat mata pengusaha menghasilkan uang lebih banyak dari karyawan.

Risiko

Pengusaha mendapatkan banyak uang dari kegiatan bisnis mereka yang besarnya sangat fluktuatif tergantung kondisi pasar.

Namun jika dalam keadaan tidak menentu misalnya keadaan perang, krisis ekonomi atau yang lebih nyata seperti sedang dalam masa pandemi seperti ini. Maka tidak menutup kemungkinan justru pengusaha akan mengeluarkan uang pribadi untuk menyelamatkan usahanya supaya tetap berjalan. Bahkan malah harus menutup usahanya karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari apa yang diterima.

Sedangkan karyawan, risiko finansial bukan pada karyawan itu sendiri namun ditanggung oleh pemilik usahanya, dan ada kemungkinan mendapatkan uang lembur jika memang ada. Kondisi itu berlaku dalam keadaan normal, karena tetap menghadapi risiko pemotongan gaji atau bahkan PHK ketika dalam krisis.

Dalam arti sederhana risiko besar menghasilkan pendapatan yang besar pula. Jadi pengusaha memiliki risiko kerugian lebih besar, namun juga penghasilan yang lebih banyak. Disisi lain karyawan cenderung stabil pendapatannya yang butuh kerja ekstra untuk meningkatkan penghasilannya.

Jam Kerja

Penentuan jam kerja bagi karyawan sudah jelas yang biasanya mengharuskan kerja dalam sehari selama 8 jam dengan waktu istirahat setengah jam.

Konsekuensinya bila tidak masuk kerja atau terlambat masuk, maka akan ada pemotongan gaji yang diperhitungkan kemudian.

Untuk pengusaha, jam kerja bisa lebih banyak, karena mereka akan tetap standby ketika jam operasional buka. Namun biasanya akan menambah jam kerja untuk memastikan semua hal berjalan sesuai rencana.

Apalagi untuk perusahaan rintisan yang membutuhkan kerja ekstra untuk menyusun rencana, melihat peluang, melakukan evaluasi dan sebagainya. Jika usahanya sudah berjalan dengan baik dan semua bagian bertanggungjawab, maka biasanya bisa lebih bersantai.

Masa Kerja

Umur maksimal bagi seorang karyawan untuk bekerja biasanya antara usia 56 – 58 tahun. Dan setelah itu dianggap tidak produktif lagi, sehingga pensiun harus diberikan.

Walaupun memang untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu bisa mencapai umur 60 tahun atau lebih, misalnya profesi guru swasta yang masih mengajar jika memang masih mampu secara fisik dan akademis.

Bagi seorang pengusaha, tidak ada batasan masa kerja tertentu. Karena bisnis yang dibangunnya bisa tetap jalan jika sistem sudah berjalan dengan baik, yang butuh sesekali untuk dievaluasi.

Tanggungjawab

Ada perbedaan yang mencolok soal tanggunjawab ini, yang bagi pengusaha dituntut bertanggungjawab dalam setiap aspek.

Mereka harus mengetahui apa kekurangan dan kelebihan untuk mengambil tindakan cepat pada bagian yang bermasalah agar tidak merembet. Ini berarti juga bertanggungjawab atas setiap kinerja karyawannya.

Maju atau tidaknya perusahaan yang ia pimpin, menjadi tanggungjawab keseluruhannya dipundak pengusaha.

Ini juga berarti bahwa apapun yang terjadi di perusahaan secara tidak langsung pengusaha bertanggungjawab. Walaupun bukan dirinya sendiri yang melakukan kesalahan melainkan karyawannya.

Sementara karyawan bertanggungjawab pada bagian yang lebih spesifik yaitu apa yang diembannya saja, tidak lebih dari itu. Itupun tanggungjawabnya dibagi jika jenis pekerjaannya dilakukan dalam tim atau kelompok orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *