Mengelola keuangan pribadi- Uang memang bukan segalanya di dunia ini, namun dengan memiliki uang yang cukup segala urusan jadi lebih mudah. Untuk itulah mengapa semua orang bekerja sesuai bidangnya masing-masing untuk mendapatkan uang.
Ada beberapa orang yang memandang uang sebagai cara untuk mensejahterakan hidup keluarganya, ada yang memandangnya hanya sebagai alat tukar pembayaran dan sebagian lain berpikiran bahwa uang bisa dipakai untuk investasi.
Table of Contents
Kemampuan mengelola keuangan tidak selalu tergantung pada tingkat pendidikan seseorang, namun dari cara pandang yang benar atas uang itu sendiri.
Beberapa orang pintar mengelola uang yang mereka miliki, dan tidak sedikit yang lalai yang membuat banyak pengeluaran tanpa disadair yang sifatnya tidak mendesak.
Penyebab Kegagalan Mengelola Keuangan Pribadi
Keberhasilan dan kegagalan individu dalam mengelola uang tergantung dari karakter dan perspektif. Artikel ini membahas tentang alasan kegagalan yang dialami dalam mengelola keuangan pribadi, simak ulasannya.
1. Boros
Karakter ini mungkin yang paling bisa disalahkan ketika seseorang gagal dalam keuangan mereka. Boros dalam hal ini adalah ketika membuat keputusan untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk hal-hal yang dianggap tidak mendesak. Pos-pos yang dianggap tidak mendesak, tidak bisa dikategorikan sebagai pengeluaran.
Seseorang yang bijak pastinya akan mendahulukan kebutuhannya terlebih dahulu baru membelanjakan untuk kebutuhan lainnya.
Singkat kata, kebutuhan primer harus tercukupi dahulu, baru memikirkan kebutuhan sekunder dan tersier.
Hierarki kebutuhan ini harus dipahami dan diprioritaskan. Anggap saja memiliki penghasilan tetap sejumlah Rp 2 juta, dan untuk mencukupi kebutuhan pokok mencapai Rp 1,5 juta, maka sisanya baru bisa dibelanjakan untuk hal yang sifatnya hobi dan hiburan.
Namun alangkah baiknya jika sisa uang tadi sebagiannya tetap disisihkan untuk tabungan dan sisanya baru bisa dibelanjakan dengan bebas.
2. Suka Menunda
Sifat suka menunda dapat meningkatkan potensi kegagalan dalam pengelolaan keuangan. Suka menunda dengan boros berbeda, jika boros itu suka membelanjakan hal-hal yang tidak menjadi kebutuhan, maka suka menunda ini tidak segera menetapkan anggaran keuangan yang baik dan mengeksekusinya.
Ketika sudah berkeluarga maka ada beberapa pos pengeluaran yang benar-benar harus dianggarkan, tiga yang paling utama yaitu dana pendidikan anak, dana kesehatan dan juga dana pensiun.
Orang yang suka menunda bukannya tidak paham akan kebutuhan ini, namun berpikir praktis untuk jangka pendek tanpa ada aksi nyata untuk membuat penganggaran pada ketiga pos penting ini untuk jangka panjang.
Akibatnya ketika diperhadapkan dengan kebutuhan sebenarnya, akan kewalahan untuk mencari dana untuk mencukupinya.
3. Suka Pamer
Suka pamer dan boros ada sedikit perbedaan yang mendasar yaitu sama-sama mengeluarkan uang yang melebihi kemampuannya untuk hal yang bukan kebutuhan.
Untuk sifat suka pamer ini maka barang-barang yang dibeli itu untuk ditampilkan ke publik agar mendapat pengakuan bahwa dirinya mampu.
Biasanya orang dengan tipe ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti trend, contohnya ada keluaran HP terbaru dengan fitur yang lebih canggih, akan terdorong untuk bagaimana caranya bisa membeli barang itu.
Maka dari itu beberapa barang seperti HP keluaran terbaru, jam tangan mewah, mobil dan perhiasan menjadi barang wajib untuk dibeli. Padahal sebenarnya kemampuan finansialnya tidak cukup, yang membuat gagal dalam mengelola keuangan.
Suka pamer ini bisa diidentikkan dengan istilah social climbers yaitu sikap suka pamer barang-barang miliknya supaya status sosialnya bisa meningkat. Mareka yang melakukan praktik ini tujuannya untuk mendapat kepuasan dan penghargaan dari orang lain.
4. Benalu
Seperti yang diketahui, benalu hidup di pokok tumbuhan lain. Sama seperti itu, seorang yang memiliki karakteristik benalu mereka memanfaatkan keluarga, kolega dan orang lain supaya menunjang kehidupannya.
Dalam arti kata lain benalu ini tidak bisa mandiri. Mereka masih suka memanfaatkan dan bahkan tidak segan meminta kepada orang lain untuk kebutuhan hidupnya.
Tidak bisa mandiri membuat terus berharap dan memanfaatkan orang lain, sehingga orang itu tidak mau berusaha sendiri untuk mencukupi kebutuhannya.
Ketika orang-orang terdekatnya sudah tidak mampu lagi membantu, akan kebingungan. Akibatnya terjadi kegagalan dalam mengatur keuangan.
5. Ceroboh
Orang yang ceroboh cenderung suka membelanjakan uangnya tanpa diperhitungkan terlebih dulu. Sebenarnya penghasilannya cukup untuk membiayai beberapa kebutuhan penting, namun pengelolaan keuangan yang buruk membuat keuangan menjadi minus.
Ini sering sekali terjadi apalagi pada masyarakat Indonesia yang kurang telaten melakukan pencatatan keuanga, padahal manfaatnya sangat besar.
Tujuannya untuk mengetahui besarnya pengeluaran supaya tidak terjadi over belanja. Jika kebiasaan itu terus dilakukan, maka akan membawa kepada kehancuran finansial.
Demikian beberapa alasan kegagalan seseorang dalam mengelola keuangannya. Semoga bermanfaat
Baca juga: Mengatur Keuangan Rumah Tangga Gaji 2 Juta