Tahapan perkembangan emosional anak khususnya balita adalah informasi penting yang perlu diketahui oleh semua orang tua. Emosi pada anak ternyata tidak terbentuk begitu saja. Melainkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya.
Pernahkah kamu melihat sikap anak cepat berubah dari senang ke sedih atau marah? Kemampuan anak dalam mengekspresikan perasaannya menunjukkan suatu proses pembentukan kecerdasan emosional yang ia miliki.
Table of Contents
Perilaku atau tindakan yang dilakukan si kecil memiliki kaitan erat dengan emosinya. Agar dapat memberikan pengasuhan serta didikan yang tepat, mau tidak mau orang tua perlu memahami tahapan perkembangan tersebut.
Pentingnya Mengenal Tahapan Perkembangan Emosional Anak
Berdasarkan penelitian, perkembangan struktur otak pada manusia paling besar terjadi pada masa anak-anak di bawah usia 5 tahun. Diantara aspek yang berpengaruh pada perkembangan struktur otak adalah pengalaman emosi serta sosial.
Menariknya, perkembangan emosi yang membentuk perilaku anak di masa depan terjadi sejak ia bayi. Perkembangan emosional dapat didefinisikan sebagai tahapan bagi si anak untuk memahami segala macam bentuk emosi.
Baca juga : Tips Mengetahui Bakat Anak Sejak Dini yang Harus Dipahami
Pemahaman tentang emosi serta kemampuan untuk mengelolanya memiliki andil besar untuk menentukan kesuksesan buah hati tercinta akan masa depannya. Ini meliputi kesuksesan di bidang akademik ketika mengenyam pendidikan di sekolah.
Kemampuan emosional juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial baik ketika memasuki usia sekolah maupun saat dewasa kelak. Karenanya, orang tua wajib mengenali, memahami, serta mengerti tahapan perkembangan emosional buah hati.
a. Tahapan Perkembangan Emosional Anak Usia 0-2
Tahapan awal yang perlu diperhatikan adalah ketika si kecil masih bayi hingga usia 12 bulan. Ketika masih bayi, mereka mengandalkan insting. Bayi mengenali rasa aman ketika mendapatkan perlakukan hangat dari ibu.
Misalnya ketika bayi diberi ASI atau digendong oleh orang tua. Seiring pertumbuhannya, rasa aman akan berkembang menjadi nyaman. Sehingga ia akan memberikan respon positif saat diajak berinteraksi dengan lingkungan.
Memasuki usia 1 tahun, anak semakin aktif berkomunikasi dengan cara mengoceh, menunjuk, atau bahkan protes sebagai bentuk cari perhatian. Kemampuan motoriknya juga kian bertambah sehingga terkadang timbul rasa takut.
Menjelang usia 2 tahun, biasanya si kecil akan bertambah agresif ditandai perubahan emosi secara mendadak. Mereka akan sering berkata tidak, namun jangan cepat terpancing dan marah. Sebaliknya, tetaplah bersikap tenang dan sabar.
Selain itu, usia 2 tahun adalah masa dimana anak mulai tantrum, yakni meluapkan emosinya secara berlebihan dan cenderung tidak terkontrol. Kamu perlu menghadapinya dengan tenang dan memberikan respon positif.
Berikan kata-kata menenangkan untuk meredam emosi dan kemarahannya. Tanyakan mengapa ia marah dengan cara yang lembut. Sehingga, mereka bisa lebih tenang dan mau mengekspresikan perasaannya secara nyaman.
b. Tahapan Perkembangan Emosional Anak Usia 3-4
Tantrum biasanya masih terjadi ketika anak berumur 3 tahun. Di umur ini pula si kecil semakin aktif dan senang berinteraksi, bermain dengan teman sebayanya. Di saat bersamaan, mereka juga masih bersikap agresif.
Misalnya merebut mainan temannya. Jika kamu mendapati hal ini, berikan pengertian tentang kepemilikan, bahwa mainan teman tidak boleh direbut sembarangan. Ia boleh memainkannya dengan cara meminjam secara baik-baik.
Baca juga : Kenali Gaya Belajar Anak untuk Maksimalkan Potensi Si Kecil
Begitu pula dengan si kecil yang umurnya memasuki 4 tahun. Mereka juga masih menunjukkan sikap agresif. Apabila peringatan agar mereka berhenti bersikap agresif tidak berhasil, kamu bisa menerapkan time out.
Idealnya, time out untuk anak umur 3 tahun adalah 3 menit, sedangkan yang berumur 4 tahun yaitu 4 menit. Akan tetapi, berikan pengertian bahwa time out hanya berhenti ketika ia menunjukkan sikap tenang.
c. Tahapan Perkembangan Emosional Anak Usia 5
Seiring bertambahnya umur, perkembangan emosional si kecil semakin terbentuk. Meski demikian, mereka masih mengalami perubahan emosi dari senang ke sedih. Selain perkembangan emosional, kemampuannya juga kian terasah.
Dengan kemampuan yang dimilikinya, ia bisa merasa bangga atas suatu pencapaian. Si kecil mulai dapat menunjukkan kebolehannya di depan orang lain.
Sebaliknya, ketika ia tidak bisa memenuhi ekspektasinya terhadap diri sendiri, si kecil akan merasa kecewa dan sedih. Pada tahapan inilah orang tua perlu memberikan pengertian akan pentingnya proses, bukan hanya fokus pada hasil.
Orang tua berkewajiban mengasuh dan membimbing emosional putra-putri agar diterima di lingkungannya. Itulah pentingnya mengetahui tahapan perkembangan emosional anak karena berperan penting dalam penerapan pola asuh orang tua.