Puputan Margarana Bali – Perang Hingga Titik Darah Penghabisan

Now you Know (20 November): Perang Puputan Margarana Bali – Perang Hingga Titik Darah Penghabisan
Pemimpin Peran Puputan Margarana, I Gusti Ngurah Rai. Image by Merdeka

Halo sobat Mibi, hari ini tanggal 20 November, 75 tahun yang lalu pada tanggal 20 November 1946, telah tercatat dalam sejarah peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang menarik untuk disimak yaitu pecahnya perang Puputan Margarana Bali.

Latar Belakang

Kembali sobat Mibi disuguhi artikel tentang bagaimana gigihnya para pejuang Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di beberapa tempat di Indonesia setelah kemerdekaan, Belanda dan Inggris terus saja melakukan agresi militer yang tujuannya untuk menguasai kembali wilayah-wilayah Indonesia.

Di Bali, pertempuran Puputan Margarana dikenal karena perjuangan habis-habisan dari para pejuang rakyat Bali melawan tentara Belanda.

Tokoh sentralnya adalah Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang merupakan Kepala Divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) untuk wilayah Sunda Kecil yang meliputi Bali dan Nusa Tenggara. Sementara dari pihak Belanda ada Kolonel F. Mollinger beserta dengan Kapten J.B.T. Konig.

Setelah kekalahan Jepang akibat dari Perang Dunia II yang memporakporandakan negaranya, sekutu kembali berhasrat untuk menguasai Indonesia yang baru saja menyatakan kemerdekaannya.

Dilansir dari beberapa sumber, sejarahnya ada sekitar dua bataliyon pasukan Belanda yang masuk ke wilayah Bali, yang tujuannya melucuti tentara Jepang yang masih berada di wilayah itu.

Kehadiran mereka tentu saja menimbulkan pertentangan karena dianggap telah merusak kedaulatan Indonesia yang sudah merdeka. Pertempuran-pertempuran kecilpun tidak dapat dihindarkan.

Pemicu Perang

Mulanya perundingan dan diplomasi dilakukan antara perwakilan Indonesia dan Belanda, namun dengan tegas ditolak I Gusti Ngurah Rai. Penolakan itu karena selama Belanda masih ada di wilayah Indonesia maka perlawanan akan terus dilakukan.

Puncaknya adala ketika Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai memerintahkan anak buahnya untuk merebut senjata NICA yang sebagian besar ada di Tabanan, dan berhasil dilaksanakan.

Baca juga  5 Pengaruh Kurs Rupiah Jika Terjadi Inflasi

Tetapi ternyata aksi itu membuat murka Belanda. Keesokan harinya masih pagi-pagi buta di tanggal 20 November 1946, dikerahkanlah pasukan Belanda dan desa yang menjadi basis pasukan rakyat Bali dikepung dari segala penjuru.

Kontak senjata terus-menerus terjadi secara intens, dan di pihak Belanda sesungguhnya sudah banyak korban jiwa terutama barisan depan mereka.

Merasa terdesak akhirnya Belanda meminta bantuan dengan mengerahkan semua kekuatan militer dan mendatangkan kekuatan udara dengan pesawat pengebom.

Para pejuang rakyat Bali bersumpah untuk tidak meninggalkan medan pertempuran itu dan akan berjuang sampai titik darah penghabisan. Disinilah dikenal perang Puputan yang dalam bahasa Bali bermakna berjuang hingga mati.

Perang tersebut sebenarnya tidak imbang dipandang dari segi jumlah pasukan dan kelengkapan senjata termasuk penggunaan pesawat pengebom. Namun seruan Puputan tetap didengungkan demi mempertahakan tegaknya kemerdekaan Indonesia.

Banyak korban jiwa yang berjatuhan dari kedua belah pihak, tercata ada 96 orang gugur dalam peperangan dari pihak Indonesia termasuk gugurnya Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Sedangkan di pihak Belanda korban jiwa lebih banyak lagi yaitu 400 orang.

Peringatan Peristiwa

Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu dibangunlah sebuah tugu yang diberi nama Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa. Begitu juga dengan nama I Gusti Ngurah Rai yang diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional.

TMP Pujaan Bangsa Margarana. Source punapibali

Selain itu nama I Gusti Ngurah Rai digunakan sebagai nama Bandara Internasional di Bali. Begitu juga dengan profil penyematan di mata uang Rp 50 ribu serta dijadikan nama Kapal Perang Republik Indonesia atau KRI.  

KRI I Gusti Ngurah Rai. Source liputan6

Sebelumnya juga pernah terjadi peran Puputan selain dari Puputan Margarana, yaitu perang Puputan Klungkung di tahun 1908 yang merupakan pertempuran antara Kerajaan Klungkung dengan tentara Belanda.

Baca juga  Hari Pahlawan Nasional – Pertempuran Surabaya

Begitu juga dengan perang Puputan Badung di tahun 1906 dimana Raja Badung VII, I Gusti Ngurah Made Agung beserta rakyatnya juga melawan tentara Belanda.

Info lain: Now You Know (19 November): Pertempuran di Kolaka dan Gerhana Bulan Sebagian Terlama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *