Hedonic Treadmill, Pahami Ciri-ciri dan Cara Penanganannya

  • Share

Halo sobat Mibi, apakah anda merasa sudah merasa cukup bisa mendapatkan apa yang diinginkan sampai saat ini? Apakah sobat Mibi sudah merasa puas dan bahagia dengan pencapaian itu? jika tidak kemungkinan sedang dalam masa hedonic treadmill.

Mulanya, ada suatu kondisi yang ingin dituju dimasa lalu yang sudah tercapai saat ini. Namun ketika sudah di titik itu masih terasa ada yang kurang sreg. Misalnya ketika selesai kuliah ingin bekerja di sebuah bank, dan ketika itu terwujud ternyata pencapaiannya itu masih dirasa kurang.

Happiness Set Point, image by Positivepsychology

Ada sebuah anggapan seperti ini ‘ketika gaji masih kecil merasa cukup, tetapi ketika gaji besar merasa selalu kurang’.

Dunia dengan pertemanan, kehidupan sosial dan pekerjaan yang menekankan pada prioritas materi semakin mempertajam munculnya kondisi  hedonic treadmill.

Istilah Hedonic Treadmill Pertama Kali

Sebuah buku yang ditulis oleh Brickman dan Campbell berjudul ‘Hedonic The Relativism and Planning The Good Society’ memperkenalkan sebuah istilah hedonic adaptation. Kemudian Michael Eynick memperkenalkan kata treadmill, sehingga mulailah dikenal istilah hedonic treadmill sampai sekarang.

Dikutip dari Glints, hedonic treadmill bisa diartikan sebagai sebuah kondisi emosi yang bertendensi untuk kembali ke asal, tetap tidak berubah, meskipun sudah mencapai apa yang dulunya didambakan.

Bisa juga diibaratkan seperti orang yang nampaknya berlari mengejar sesuatu tetapi nyatanya hanya lari ditempat saja, oleh karena itu disebut treadmill.

Anggapan bahwa dengan standar hidup yang semakin meningkat dari hari ke hari akan membuat individu bahagia, namun yang terjadi tidak selalu seperti itu.

Baca juga  Penyanderaan Mapenduma, Keputusan Kasfh-e Hijab Dikeluarkan

Image by Productiveclub

Ciri-Ciri Anda Terkena Sindrom Hedonic Treadmill

Dikutip dari Finansialku, ada beberapa ciri-ciri dari individu yang kemungkinan terkena sindrom ini, yaitu:

Keinginannya Harus Terus Dipenuhi

Memisahkan antara kebutuhan dan keinginan itu sulit, apalagi jika beranggapan jika keinginan sudah dijadikan kebutuhan. Kontrol atas diri sendiri mutlak untuk dilakukan agar menyesuaikan dengan kondisi finansial.

Keinginan yang biasanya muncul untuk terus dipenuhi biasanya adalah keinginan hang out sambil melihat-lihat barang dan membelinya serta makan di resto-resto terkenal.

Ingin Terlihat Berkelas

Memiliki standar hidup yang tinggi tentunya biasanya dimiliki oleh mereka yang sudah mapan finansial, mereka yang sukses. Terlihat sukses dengan hidup sukses sesungguhnya tentunya jarak perbedaannya begitu jauh.

Masyarakat pada umumnya memiliki penilaian yang tidak terlalu dalam tentang sesorang, ketika seseorang ‘terlihat berkelas’ dengan segala aksesoris yang dia pakai, akan langsung membuat orang terpukau.

Namun diri sendiri yang akan mengetahui dengan pasti apa yang dirasakan dalam hati, apalagi menyadari jika untuk pemenuhan ‘kehidupan berkelasnya’ itu tidak sebanding dengan kondisi keuangan sebenarnya.

Tidak Punya Tujuan Hidup

Sifat konsumerisme telah membawa kepada kehidupan hedon yang terus-menerus ‘menghidupi’ keinginan tanpa memperdulikan dampak dari keputusan ini.

Tujuannya hanya satu yaitu ingin terus kelihatan berkelas walau harus bersusah payah untuk mengejar standar itu.

Cara Keluar Dari Sindrom Ini

Dilansir dari beberapa sumber, cara yang bisa dilakukan agar bisa terbebas dari sindrom ini adalah yang pertama mengetahui dan mengetahui bahwa anda sedang dalam masa ini. Dengan begitu anda tidak terjerat untuk terus dalam bayang-bayang ingin terlihat keren dan berkelas.

Jika tidak bisa diselesaikan oleh diri sendiri, maka yang bisa dilakukan adalah dengan berkonsultasi dengan psikiater dan menceritakan semuanya agar diketahui sumber permasalahannya. Dengan menceritakan masalah anda, setidaknya satu beban sudah dapat terlepas, tinggal masalah waktu dalam pemulihan.

Baca juga  Belajar Di Rumah Selama Pandemi Ala John Dewey

Lalu setelah itu tentukan sebuah tujuan dalam hal keuangan, artinya sesuaikan kemampuan keuangan dengan apa yang ingin direncanakan untuk dibelanjakan.

Jika suatu hari mendapat penghasilan tambahan sebaiknya sisihkan sebagian besar untuk ditabung, baru yang lainnya digunakan untuk rekreasi.

Cara lain yang bisa ditempuh adalah dengan berinteraksi dengan komunitas atau individu-individu yang sederhana namun memiliki tujuan hidup yang jelas. Banyak-banyaklah mendengarkan lalu ambillah contoh positif dari kehidupannya dan diterapkan secara praktis.

Hal praktis terakhir adalah praktikan mindfullness, yang berarti memahami dengan sungguh keadaan jiwa, menerima apa yang terjadi dan mengakui keberadaan diri sendiri secara pikiran dan perasaan.

Info lain: Apa yang Anda Butuhkan Sekarang? Teori Maslow Ini Akan Membantu Anda Memahami Hirarki Kebutuhan Manusia

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *