Simple Moving Average (SMA), Weighted Moving Average (WMA) dan Exponential Moving Average (EMA)

  • Share

Mikaylabinar.com– Moving Average (MA) adalah salah satu alat bantu tertua dan paling dikenal yang digunakan oleh para trader. Kelebihan alat bantu ini adalah mampu mengikuti trend, oleh karena itu indikator Simple Moving Average (SMA), WMA dan EMA ini sangat efektif bila digunakan dalam market yang mengandalkan trend.

Jenis MA

Pada dasarnya MA terdiri dari tiga jenis yakni SMA, WMA dan EMA. Berikut ini perbedaan dari ketiga jenis MA tersebut:

1. SMA (Simple Moving Average)

Indikator Simple Moving Average seringkali disebut sebagai MA merupakan nilai pergerakan rata-rata suatu saham dalam rentang waktu tertentu dengan harga rata-rata yang menjadi patokan bisa harga penutupan, pembukaan atau harga tertinggi tapi yang paling umum digunakan yakni harga closing.

Adapun rentang waktu yang lazim digunakan adalah 10, 20, 25, 30, 50, 100 dan 200 hari. Semakin singkat waktu yang digunakan semakin sensitif sinyal yang dihasilkan, parameter waktu yang singkat biasanya sering digunakan oleh short term trader.

Periode waktu singkat pergerakan sinyalnya lebih mendekati harga dan lebih bersifat sensitive namun kelemahannya sering terjadi whipsaws, sedangkan semakin panjang rentang waktu yang digunakan sinyal yang dihasilkan lebih lambat namun tidak terjadi whipsaws

Secara garis besar indikator SMA berfungsi sebagai :

  • Menentukan trend, support dan resistance
  • Menandakan sinyal bullish dan bearish
  • Bila harga saham diatas garis SMA= bullish
  • Bila harga saham dibawah garis SMA=bearish
  • Sebagai konfirmasi bagi indicator lain

2. WMA (Weight Moving Average)

Metode yang digunakan WMA dimaksudkan untuk mengatasi kekurangan dari SMA. WMA memberikan bobot yang berbeda pada masing-masing harga yang digunakan untuk menghitung rata-rata harga.

Baca juga  Memahami Random Walk Theory dengan Mudah

Hampir semua WMA menempatkan bobot yang lebih besar pada harga terbaru daripada harga sebelumnya. Namun, cara pembobotannya bergantung pada pilihan penggunanya sendiri

Walaupun dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada SMA, WMA sendiri memiliki kelemahan yakni hanya mencakup suatu periode waktu tertentu saja.

Misalnya digunakan WMA-10, maka harga yang diikutkan hanyalah mencakup harga penutupan 10 hari saja. Masalah ini berusaha diatasi oleh metode EMA

3. EMA (Exponential Moving Average)

Metode ini berusaha menyempurnakan beberapa kelemahan yang dimiliki SMA dan WMA dengan cara melibatkan seluruh riwayat pergerakan harga market dengan memberi pembobotan yang lebih berat pada harga yang semakin terakhir sehingga menghasilkan sinyal yang lebih halus.

EMA memberikan bobot yang makin kecil untuk setiap harga terdahulunya dengan bobot eksponensial, oleh karenanya metode ini dinamakan metode Exponential Moving Average.   

Fungsi dan cara membaca garis EMA sama persis dengan MA yakni:

  • Menentukan trend yang akan terjadi
  • Menentukan support dan resistance
  • Menandakan sinyal bullish dan sinyal bearish
  • Bila harga saham diatas garis EMA, berarti bullish
  • Bila harga saham berada di bawah garis EMA, memiliki makna bearish
  • Sebagai konfirmasi pada indicator lain sehingga memudahkan dalam analisis

Cara Menggunakan Indikator MA

Muncul pertanyaan, bagaimana cara menggunakan semua indikator MA diatas ?

Pada dasarnya cara penggunaan ketiga jenis indikator MA diatas sama, yakni anda tinggal menentukan parameter waktu yang digunakan bisa 5 hari, 10 hari, 30 hari, 50 hari dan seterusnya. Ini tergantung pada keyakinan anda mana yang lebih cocok bagi anda dalam menentukan analisis.

Berikut perbedaan garis yang dihasilkan oleh EMA, WMA dan MA/SMA dengan menggunakan rentang waktu 50 hari

Baca juga  Analisis Teknikal Saham untuk Investasi Jangka Pendek
Simple Moving Average (SMA), Weighted Moving Average (WMA) dan Exponential Moving Average (EMA) Pada Saham
Garis sinyal yang di hasilkan dari EMA, WMA dan MA

Yang membedakan pada ketiga jenis MA diatas adalah terletak pada metode penghitungan dan rumus yang digunakan.

SMA menghitung dengan mengambil rata-rata pergerakan harga, WMA menghitung dengan memberikan bobot nilai yang lebih besar pada harga yang terbaru namun tidak melibatkan semua harga.

Dan EMA bisa dikatakan hasil dari penggabungan metode SMA dan WMA dengan menghitung rata-rata semua harga dan memberikan pembobotan pada harga terkini

Cara penggunaannya, semua sama. Anda bisa baca pada bab Moving Average. Kadang orang menyebut SMA sebagai MA saja. Untuk lebih jelasnya cara menggunakan indikator ini bisa dibaca pada link berikut ini: Moving Average (MA) Indikator Teknikal Analisis

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *