Mikaylabinar.com– Friendster Jejaring Sosial yang dulunya sempat merajai media sosial di dunia maya. Saat ini, sosial media telah menjadi bagian kehidupan dari setiap orang. Tidak hanya sebagai media komunikasi dengan teman namun juga untuk media promosi bisnis
Sebelum Facebook, orang lebih mengenal Friendster. Situs ini menjadi media sosial paling hot antara tahun 2002 s/d 2008. Sebelum akhirnya meredup dan mati di tahun 2015, lenyap dari peredaran.
Table of Contents
Tahun 2002, menandai era jejaring sosial dengan situs web seperti Friendster, Myspace, HI5, dan Orkut, dll. Semuanya bersaing untuk menjadi raja jejaring sosial.
Friendster muncul sebagai pemenang, dan paling popular pada saat itu dengan lebih dari 3 juta pengguna dalam waktu kurang dari setahun.
Pada saat itu, Friendster digemari karena banyak menawarkan berbagai fitur kepada pengguna. Seperti bisa mengubah theme, menambahkan foto backgroundnya, menambahkan music pada saat laman friendster di buka, testimonial dari teman, menampilkan permainan seperti game dan sebagainya.
Banyak yang mengira bahwa Friendster akan abadi seperti layaknya televisi yang tetap digunakan dan dibutuhkan oleh orang dalam interaksi sosialnya.
Bahkan, diawal kemunculan Facebook tahun 2004, orang masih lebih suka menggunakan Friendster. Dan menganggap Facebook sebagai sesuatu yang aneh karena tampilannya tidak ‘semenarik’ friendster
Awal mula Friendster
Friendster didirikan oleh Jonathan Abrams, seorang programmer komputer dari Kanada. Pada Maret 2002 dari ruangan basementnya bersama dengan sepuluh temannya dan di launching pada bulan yang sama.
Penggunanya beberapa ratus pengguna dalam beberapa minggu dan tumbuh menjadi lebih dari 3 juta pengguna pada awal 2003. Friendster menjadi mainstream platform media sosial pertama di dunia.
Tujuan utama Friendster adalah agar semua orang dari seluruh dunia dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman lama mereka dan membuat pertemanan dengan kenalan baru. Pada tahun 2002 itu sangat keren, tapi saat ini tampaknya cukup biasa.
Bagaimanapun, Friendster terus mendapatkan momentum pada tahun 2003. Penggunanya tumbuh lebih cepat daripada yang bisa ditanganinya. Dan, seperti pendiri startup lainnya, Abrams membawa Friendster ke Silicon Valley.
Pertumbuhan pengguna Friendster yang pesat menarik minat Google dan beberapa perusahaan Venture Capital (VC). Google menawarkan $30 juta untuk membeli Friendster, sementara Kleiner, Perkins, Caulfield, dan Byers menawarkan $13 juta sebagai ekuitas pertumbuhan.
Abrams menolak Google dan menerima tawaran perusahaan VC. Mereka menugaskan Dewan Direksi mereka sendiri, dan mengizinkan Abrams untuk tetap sebagai CEO.
Sayangnya, beberapa bulan kemudian, Abrams digulingkan sebagai CEO oleh Dewan Direksi yang baru dan digantikan oleh CEO interim Tim Koogle. Yang sebelumnya menjabat sebagai presiden dan CEO di Yahoo.
Perusahaan VC lebih tertarik mengejar pertumbuhan daripada memperbaiki banyak bug yang mulai muncul saat pelanggan Friendster tumbuh.
Friendster, sesuai dengan visinya, mulai berkembang secara internasional dan memperoleh momentum yang kuat di Asia, terutama di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Friendster mencapai puncaknya dengan 10 juta pengguna dan setelah itu mulai menurun terlebih lagi setelah pesaingnya seperti Facebook mulai populer.
Seringnya muncul bug dan brick wall saat login ke friendster menjadi permasalahan tersendiri sehingga banyak pengguna beralih mencoba ke pendatang baru seperti, Facebook.
Kejatuhan Friendster
Beberapa orang mengatakan bahwa kesalahan pertama Friendster adalah menolak tawaran google yang fantastis. Dan memilih mitra jangka panjang yang mengejar pertumbuhan yang obsesif dan mengakibatkan kejatuhannya
Sejak kemunculan Facebook, Abrams sudah menyadari bahwa media sosial ini bisa menjadi ancaman bagi Friendster. Bahkan, pihak Friendster bertemu dengan Mark Zuckerberg dan timnya dengan harapan bisa mengakuisisi Facebook.
Namun, tidak dijumpai kesepakatan diantara keduanya. Dan sebaliknya, Friendster akhirnya menjual hak paten media sosialnya ke Facebook pada tahun 2010 seharga $40 juta.
Terdapat faktor lain yang menjadi sumber kejatuhan Friendster yakni kejenuhan para penggunanya seiring kemunculan berbagai macam media sosial lainnya sebagai alternatif.
Para penggunanya yang sebagian besar anak muda cenderung ingin mencoba sesuatu yang baru. Dan kemunculan Facebook sebagai pilihan utama bagi mereka yang telah jenuh dengan Friendster-nya
Facebook mampu bertahan dan berkembangan seiring dengan inovasi yang terus mereka lakukan dengan menambahkan berbagai macam fitur dan iklan sebagai sumber pemasukannya.
Facebook tidak hanya berbasis web tetapi juga android yang semakin memudahkan pengguna untuk mengaksesnya.
Tidak hanya itu, Facebook juga mengakuisisi media sosial lain yang menjadi ancamannya seperti Whatsapp dan Instagram dan ini menjadikan facebook sebagai raja media sosial
Dimana Friendster hari ini !
Friendster semakin lama semakin ditinggalkan oleh penggunanya. Sebelum menghilang, Friendster bertransformasi menjadi situs game online setelah dijual ke perusahaan Malaysia, MOL Global, seharga $26 juta pada 2019.
Tapi, tetap tidak bisa mengembalikan kejayaannya dan akhirnya Friendster ditutup selamanya tahun 2015 dan hilang dari peredaran dunia maya (RIP). Friendster menjadi bagian dari cerita situs populer yang gagal dan terlupakan.