Bisnis  

Sunk Cost Dalam Pengelolaan Bisnis Anda

Sunk-Cost-Adalah-16a4737b
Image by massoftware

Dalam sebuah siklus akuntansi, usaha apapun pasti terdapat berbagai biaya yang telah dan terus akan dihabiskan yang tidak bisa dihindari untuk membuat sebuah bisnis terus on going. Definisi ini juga sering disebut sebagai sunk cost atau yang diartikan secara harfiah adalah biaya hangus/tenggelam.

Ada sebuah statement yang menggelitik ‘menghabiskan uang untk menghasilkan uang’ adalah cerminan dari sunk cost.   

Ada sebuah perbedaan mendasar antara sunk cost dengan future cost yang kemungkinan akan dihadapi sebuah bisnis, misal keputusan aakan membuat pabrik baru atau penyesuaian harga.

Oleh karena itu biaya hangus ini dikeluarkan dari keputusan bisnis masa depan karena biaya akan tetap sama terlepas dari hasil keputusan.

Beberapa ahli ekonomi telah berpendapat jika biaya ini sudah tidak relevan lagi dalam pembuatan keputusan di masa depan. Namun kenyataannya masih banyak dihadapi dalam pengeluaran sehari-hari semisal perbaikan rumah, yang sudah diagendakan dalam keputusan masa depan.

Sebagai contoh jika Anda mempunyai usaha percetakan ada kemungkinan terjadinya biaya hangus, seperti biaya untuk maintenance mesin cetak, peralatan dan juga biaya sewa.

Dikutip dari Investopedia, sunk cost dikecualikan dari keputusan menjual atau memproses lebih lanjut. Yang merupakan konsep yang berlaku untuk produk yang dapat dijual apa adanya atau dapat diproses lebih lanjut.

Ketika membuat keputusan bisnis, organisasi sebaiknya hanya mempertimbangkan relevant cost, yang mencakup biaya masa depan yang masih perlu dikeluarkan.

Relevant cost dikontraskan dengan potensi pendapatan dari satu pilihan dibandingkan dengan yang lain. Untuk membuat keputusan yang tepat, bisnis hanya mempertimbangkan biaya dan pendapatan yang akan berubah sebagai akibat dari keputusan yang ada.

Baca juga  Manfaat Fitur Bisnis Manager di Facebook

Karena sunk cost tidak berubah, mereka tidak boleh dipertimbangkan.

Tipe-tipe Sunk Cost

Semua sunk cost adalah fixed cost, namun tidak semua fixed cost itu termasuk kedalam kategori sunk cost. Perbedaan yang paling mendasar adalah sunk cost tidak bisa dipulihkan/didapatkan lagi.

Dikutip dari Accerate, dalam hal marketing misalnya ketika ingin memulai sebuah usaha maka agar dikenal oleh pelanggan-pelanggan harus dianggarkan biaya pemasaran untuk pemasangan iklan.

Berapapun biaya iklan yang dihabiskan, katakanlah Rp 10 juta anda habiskan untuk memasang iklan di koran lokal, membuat baliho dan juga menyewa sejumlah endorsement artist lokal untuk mempercepat pengenalan produk/jasa yang ditawarkan.

Uang sebesar Rp 10 juta yang sudah dihabiskan itu termasuk dengan sunkcost karena anda tidak akan pernah mendapatkannya kembali secara nominal.

Dalam hal riset dan pengembangan misalnya anda ingin membuat sebuah produk baru dari usaha anda. Maka anda melakukan test to the market dengan memberikan sejumlah tertentu produk baru tersebut kepada pelanggan-pelanggan anda sebelumnya secara gratis dan sekaligus meminta pendapat dari mereka tentang produk itu.

Tentunya dalam membuat produk baru akan menelan sejumlah biaya, dan berapapun biaya yang akan dihabiskan tidak akan kembali/hangus, itulah disebut dengan sunkcost.

Dalam setiap bidang dan periode usaha, akan terus ada kemungkinan munculnya sunk cost ini selama bisnis itu masih berjalan. Selain dalam hal pemasaran dan riset pengembangan, biaya hangus bisa terjadi pada sektor operasional, finansial dan juga investasi.

Sunk Cost Fallacy

Ada sebuah aksioma “melempar uang yang baik setelah yang buruk.” Ini dikenal sebagai sunk cost fallacy yang merupakan kesalahan dalam penalaran yang harus dihindari oleh pengambil keputusan.

Baca juga  Alasan Mengapa Harus Punya Rencana Bisnis Sebelum Memulai Bisnis

Pada dasarnya, kekeliruan ini menyatakan bahwa investasi lebih lanjut ke dalam kegiatan tertentu dibenarkan. Sehingga investasi sebelumnya dalam kegiatan itu tidak akan sia-sia.

Sunk cost fallacy sangat erat dengan kekeliruan logika yang sebenarnya sudah dipahami namun tetap dilakukan.

Salah satu contoh dari kasus ini dalam hal bisnis adalah bahwa mesin cetak yang digunakan sudah usang. Dan biaya perbaikan yang dikeluarkan cukup besar karena sparepart yang sudah susah dicari.

Alih-alih ingin membuat efisiensi biaya dengan mengganti sebuah mesin cetak baru. Pilihan yang dibuat adalah dengan tetap memperbaiki mesin itu yang berakibat pada durabilitas mesin yang cepat rusak, sehingga mengganggu bisnis.

Kekeliruan logika tersebut sebenarnya sudah bisa diantisipasi tetapi sikap efisiensi biaya yang berlebihan justru merusak pada keseluruhan hal. Fenomena ini juga bisa didapati pada kehidupan sehari-hari pada pilihan alternatif yang terbaik.  

Info lain: Pahamilah Apa Itu Opportunity Cost, Berikut Cara Menghitungnya Secara Praktis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *