Sebagai negara berkembang yang mulai memperkuat ekonominya, Indonesia memang memiliki potensi yang luar biasa. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya pasar modal Indonesia dengan berbagai instrumen yang diperdagangkan.
Sejarah perkembangan pasar modal tidak lepas dari optimisme para pelaku pasar, bahkan di tengah situasi yang tidak menyenangkan.
Table of Contents
Berbagai cara pun dilakukan agar situasi di bursa efek tetap terjaga sehingga nilai instrumen yang diperjualbelikan dapat tetap stabil.
Perkembangan Pasar Modal Indonesia
a. Sejarah
Pasar modal yang berkembang di Indonesia sekarang ini tentu tidak lepas dari perkembangan pasar modal di dunia.
Sejarah tentang perkembangan pasar modal dunia tersebut dapat dilihat dalam sebuah buku terbitan Vereniging voor den Effectenhandel yang berjudul “Effectengids”.
Buku yang diterbitkan pada tahun 1939 mengatakan bahwa aktivitas perdagangan efek sudah terjadi sejak lama, yaitu sekitar tahun 1880. Hanya sayangnya, semua aktivitas transaksi tersebut tidak terdokumentasi dengan baik.
Selain itu, tidak adanya organisasi resmi yang menangani perdagangan efek membuat transkrip tentang aktivitas tersebut tidak terdata secara lengkap.
Baru kemudian ketika Dunlop & Koff berdiri pada tahun 1878, transaksi di bidang efek mulai terorganisir. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan komunitas dan sekuritas tersebut adalah cikal bakal dari PT Perdanas.
Sedangkan cabang bursa efek yang pertama kali ada di Indonesia berdiri pada tanggal 14 Desember 1912. Bursa efek tersebut merupakan cabang dari Amsterdamse Effectenbueurs. Lokasi yang dipilih tentu saja adalah Jakarta, yang pada saat itu masih bernama Batavia.
Bursa efek tersebut memang bukan yang pertama ada di kawasan Asia, namun merupakan urutan keempat tertua. Sedangkan wilayah lain yang sudah lebih dulu memiliki cabang bursa efek adalah Bombay, Tokyo, dan Hongkong.
b. Campur Tangan Belanda
Pemilihan Indonesia sebagai cabang dibukanya bursa efek tentu tidak lepas dari peran penjajahan Belanda. Terlebih karena pada saat itu, yaitu pada abad ke-19, sedang terjadi pembangunan besar-besaran untuk area perkebunan di Indonesia.
Tentu saja pemerintah Belanda membutuhkan modal ketika membangun perkebunan yang begitu masif saat itu. Itulah sebabnya bursa efek didirikan sehingga dapat menarik minat para investor Eropa untuk menanam modal.
Terbukti bahwa pembangunan perkebunan tersebut menggunakan modal yang berasal dari tabungan orang Eropa dan Belanda sendiri yang masuk ke pasar modal. Secara resmi, pasar modal di Indonesia dinamakan Vereniging voor de Effectenhandel.
Instrumen yang diperdagangkan oleh bursa yang berarti Asosiasi Perdagangan Efek dalam Bahasa Indonesia ini adalah obligasi dan saham.
Lembaga Pasar Modal Indonesia
1. Otoritas Jasa Keuangan
Badan ini berdiri dengan tugas untuk mengawasi semua kegiatan yang dilakukan di dalam pasar modal. Badan ini didirikan sebagai alih fungsi dari Badan Pengawas Pasar Modal.
Bukan hanya untuk mengawasi pasar modal, OJK melakukan pengawasan dan penindakan pada semua aktivitas keuangan yang terjadi di Indonesia.
2. Bursa Efek
Beberapa waktu yang lalu, di Indonesia terdapat dua buah bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Namun, aktivitas bursa efek yang ada di Surabaya sudah dibekukan sejak akhir 2007.
Sekarang kedua bursa tersebut sudah digabungkan dengan mengambil nama Bursa Efek Indonesia yang terletak di Jakarta.
3. Lembaga Kliring dan Penjaminan
Di Indonesia, perusahaan efek yang bertanggung jawab dalam masalah kliring dan penjaminan diambil alih oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia.
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Untuk masalah penyimpanan dan penyelesaian semua urusan di pasar modal diserahkan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
Meskipun sempat mengalami pasang surut, tetapi dunia pasar modal Indonesia mampu menunjukkan grafik kenaikan yang cukup menjanjikan. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran serta berbagai pihak.