Berpikir positif- Para pakar psikologi dan ilmu pendidikan sepakat bahwa manusia merupakan produk pemikirannya sendiri.
Berpikir Positif Tentang Masa Depan
Konsepsi seseorang tentang masa depan sangat dipengaruhi oleh kondisi yang melingkupinya, perasaannya, bila seseorang berfikir positif tentang masa depannya, maka cakrawala masa depannya akan lebih luas, semangatnya akan menjadi besar dan pandangannya akan lebih menjangkau ke depan.
Table of Contents
Sebaliknya, bila ia pikirkan negatif terhadap masa depannya, niscaya ia akan melihat masa depannya dengan pandangan kelam, serta merasa bahwa harapannya akan sia-sia dan ambisinya tak akan berguna.
Berpikir positif merupakan sarana yang harus ditempuh oleh siapapun yang ingin agar hidup dan masa depannya cerah dan sukses.
Karena hal itu akan membuat seseorang terjauhkan dari kesalahan-kesalahan yang biasa merintangi jalannya untuk mewujudkan harapan dan cita-citanya.
Hanya saja, berfikir positif pun tidak ada nilainya jika tidak ditindaklanjuti dengan usaha-usaha nyata yang di butuhkan untuk mencapai tujuan cita-cita tersebut.
Adapun beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang mendalam dalam masalah ini adalah sebangai berikut.
Apakah pendidikan di perguruan tinggi itu penting?
Kebanyakan orang memandang pendidikan di perguruan tinggi sebagai hal sangat penting. Ada pula orang merasa bahwa tingkat pengetahuannya rendah bila tidak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Pandangan seperti itu tentu saja banyak kesalahan. Paling tidak, pandangan tersebut sudah mengesampingkan perlunya melihat realitas manusia dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa di lakukan.
Pandangan itu sudah terbukti banyak bertolak belakang dengan kondisi masyarakat, kebangkitan, dan perkembangan zaman saat ini.
Perlu dicatat bahwa Negara-Negara maju sudah meninggalkan pandangan yang sempit tersebut sejak lama. di Jepang, misalnya, jumlah pelajar yang masuk keperguruan tinggi hanya mencapai 30% dari seluruh lulusan SMU pada tiap tahunnya.
Adapun sisanya, kebanyakan langsung memasuki dunia kerja atau melanjutkan pendidikan lembaga-lembaga pendidikan kejuruan tertentu.
Demikian pula di Amerika Serikat. Tercatat setiap tahunnya sekitar 20% dari jumlah lulusam SMU yang melanjutkan studinya kejenjang perguruan tinggi.
Sedangkan yang lain. Kebanyakan melanjutkan belajarnya ke lembaga-lembaga pendidikan non universitas, dan ada pula yang langsung memasuki dunia kerja. Bahkan, 50% penduduk AS saat ini hanyalah lulusan SMU. Ada pula yang tidak sampai menamatkannya.
Yang lebih menakjubkan, fenomena tersebut terjadi di hampir seluruh Negara-Negara lain yang maju. Maka dari itu, kita masih sangat membutuhkan kesadaran yang lebih maju untuk membangkitkan diri dan masyarakat kita. Lebih-lebih untuk menghilangkan pandangan yang sinis terhadap pendidikan luar perguruan tinggi.
Penutup
Singkat kata, tidak semua orang harus mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Terutama bagi mereka yang kondisi ekonkominya tidak memungkinkan untuk memasuki perguruan tinggi.
Namun, kenyataan dalam dunia kerja di Saudi Arabia justru menunjukkan adanya ketimpangan dan ketidaksimbangan yang mencolok.
Di Saudi Arabia, tampak adanya luapan kelompok tenaga kerja dari lulusan perguruan tinggi dan minim sekali tenaga kerja yang berasal dari sekolah-sekolah kejuruan. Kursus-kursus keahlian, dan pendidikan-pendidikan keterampilan khusus.
Bagaimanapun, realitas dan fenomena di atas perlu di cermati. Dalam memilih pendidikan, seseorang hendaknya mempertimbangkan untuk mengisi bidang-bidang tertentu yang kini masih belum banyak di minati oleh masyarakat. Sebab, kesempatan dan kebutuhan tenaga kerja di dalamya tentu saja akan sangat luas dan terbuka lebar.
Oleh karena itu, slogan perguruan tinggi atau akan mengganggur di rumah? Perlu di kikis. Sangat tidak benar bila hidup ini tidak akan bahagia dan sejahtera tanpa ijazah perguruan tinggi.
Berapa banyak orang sukses yang justru berawal dari keberaniannya meninggalkan bangku kuliah. Atau statusnya sebagai pengawai negeri untuk terjun ke dunia bisnis?
Bahkan, pemasukan atau income mereka bisa di katakan sering kali melebihi penghasilan atau gaji yang mereka peroleh dengan mengandalkan ijazah kesarjanaan.
Lebih dari pada itu, harta mereka pun tidak hanya bermanfaat dan bisa dirasakan oleh diri mereka keluarganya saja, tetapi juga meluas kepada masyarakat umum.
Demikian tentang perlunya Berpikir Positif akan Masa Depan Walaupun Tanpa Pendidikan di Perguruan Tinggi. Info lain: Apakah Mempersiapkan Masa Depan Sama Dengan Mengingkari Tawakkal?