Definisi dari sifat Wara’

Posted on

Wara’ adalah sifat berhati hati terhadap suatu perkara yang syubhat karena takut terjerumus kedalam keharaman.

Oleh karena itu seorang muslim diharuskan menjauhkan diri dari perkara perkara syubhat, sehingga tidak akan terjerumus untuk berbuat kepada yang haram.

Cara seperti ini temasuk menutup jalan untuk melakukan maksiat dan juga selain itu cara tersebut merupakan suatu bentuk pendidikan untuk melihat lebih jauh terhadap hidup dan manusia itu sendiri

Sifat Wara’ Salafus Shaleh

Para salaf shaleh sangat amat memperhatikan terhadap salaf wara’ ini, hal ini bisa kita ketahui dalam kisah atau cerita dan sepak terjang mereka dalam mengarungi kehidupan ini, seperti contoh kisah dari atau cerita dari Ibnu Sirin Rahimahullah yang telah membeli minyak makan dalam satu tong besar dengan harga yang mahal.

Ketika dia membuka tong besar itu tiba tiba ada tikus mati di dalam tong tersebut, ketika dia di tanya: mengapa kau berbuat begitu? Jawabnya, aku bimbang, barangkali tikus itu memang sudah mati sebelum diiskian minyak kedalamnya.

Sufyan As-Tsauri Rahimahullah, apabila ia tidak menemukan makanan yang seratus persen halalnya, maka iapun makan pasir, dan kadang kadang berlaku sampai berhari-hari lamanya

Pernah terjadi peristiwa yang dialami oleh Ibnu Mubarok. Ia dengan terpaksa kemabli dari marwu (khurasan) ke syam (palestina) karena lupa mengembalikan pena yang dipinjam dari temannya

Ibrahim bin Adham Rahimahullah terpaksa kemabali ke jerussalem ke bashrah (iraq) untuk mengembalikan sebiji buah kurma yang telah dalam timbangan buah kurma yang dibelinya, yana ia lupa hendak mengmbalikan ketika buah kurma itu ditimbang

Dan masih banyak lagi cerita atau kisa serta ketauladanan serta kewara’an yang dialami atau yang dilakukan oleh orang orang salaf shaleh

Sikap Kehati-hatian

Apabila telah dihidangkan kepada kita atau dihadapkan kepada kita suatu makanan atau pemberian hadiah dari seseorang kita tidak boleh langsung percaya, kita harus meneliti dengan baik makanan tersebut di takutkan ada bahan yang tidak diperbolehkan untuk kita konsumsi,

Karena hati-hati itu lebih baik daripada nantinya kita yang kena akibatnya dikarenakan keteledoran kita dalam hal tersebut, dalam hati kita harus timbul rasa ragu-ragu terhadap benda tadi yang diberi seseorang misalnya ialah karena menilik orang yang memilikinya atau memberikannya, entah ia masih ragu kebenaranya atau memang sudah dimalkumi oleh umum dengan dasar pengira ngiraan yang dapat dipercayai pada bukti bukti yang benar

Demikian pula dengan persoalan haram misalnya yang haram telah tercampur dengan yang halal sedangkan yang haram itu lebih banyak dan juga diyakinkan dengan bukti yang nyata, dalam keadaan yang sedemikian rupa, pabila keharamannya yang lebih sedikit dan dapat diperkirakan bahwa pada saat itu tidak dapat dan tidak pasti keharaman itu tadi, maka boleh saj dimakannya hanya karena saja bertanya mengenai itu adalah perlu dan lebih dianggap harta yang demikian tadi adalah termasuk kewara’an

Dalam kisah dan cerita diatas perlu kita ketahui bersama bahwa apa yang kita makan atau yang kita konsumsi akan berpengaruh dengan tabiat kita masing masing, makanya ulama’ salaf sangat berhati dalam mengenai hukum syubhat, karena sangat ditakutkan beliau termakan kepada barang yang belum jelas halal haramnya,

Kita juga harus sedikit mengikuti jejak dan langkah cara beliau salah yang shaleh dalam memilih dan mengkonsumsi makanan karena apa, pengaruhnya sangat besar pada diri kita dan juga pada sifat kita.

Kita semua harus berhati-hati apalagi di zaman modern ini banyak segala hal yang dilakukan para produsen agar hasil produksi melunjak dipasaran,

Demikian yang dapat penulis sampaikan dimana wara’ adalah sikap kehati-hatian, semoga bermanfaat, Amin. Artikel lain: Keutamaan sabar dan Perintah untuk selalu Bersabar

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *