Gempa Bumi dan Tsunami di Sumatera Bagian Barat, Suriname Merdeka dari Belanda dan Peringatan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

Posted on

Halo sobat Mibi, kali ini akan disuguhi artikel tentang kilas peristiwa yang telah tercatat sebagai bagian sejarah nasional dan dunia yang tentunya menarik untuk disimak bersama, antara lain pesisir bagian barat pulau Sumatera dihantam oleh gempa bumi dan tsunami, negara Suriname merdeka dari penjajahan Belanda serta sejarah peringatan Hari Guru Nasional.

Gempa Bumi dan Tsunami di Bagian Barat Sumatera

Image: Wikipedia

Dikutip dari Galamedia, telah tercatat gempa bumi menghantam pesisir sebelah barat Sumatera pada tahun 1833 dengan kekuatan yang diperkirakan mencapai 8,8 sampai 9,2 SR.

Akibat begitu besar kekuatan yang disebabkan gempa bumi ini, memicu gelombang besar atau tsunami yang menerjang pulau Sumatera dengan episentrum atau pusat gempa berada di sekitaran daerah Bengkulu.

Pecahnya palung Sumatera diprediksi sebagai pemicu adanya gempa ini yang panjangnya mencapai 1.000 km. Pemicu ini juga yang membuat gempa dan tsunami besar menghantam pulau Sumatera terutama Aceh yang membuat banyak orang kehilangan nyawanya sekitar ratusan ribu jiwa di tahun 2004.

Dampak kerusakan tsunami juga dirasakan hingga kearah barat menuju Maladewa dan Sri Lanka. Begitu juga dengan beberapa wilayah lain terkena dampaknya walau dalam intensitas lemah seperti di Australia Utara, Thailand dan kepulauan-kepulauan kecil di Samudera Hindia.

Sayangnya karena belum ada alat pendokumentasian yang memadai pada saat itu, maka tidak diketahui pasti jumlah jiwa yang meninggal, terluka, kerusakan-kerusakan baik rumah maupun bangunan publik lainnya.

Suriname Mendapatkan Kemerdekaannya Secara Penuh

Foto: Istimewa, diambil dari Riau1

Apa yang ada di benak sobat Mibi mendengar negara Suriname? Ya, pasti sebagian besar berpikir tentang banyaknya populasi orang-orang keturunan Jawa di negara itu.

Negara ini terletak di Amerika Selatan yang berbatasan dengan Brasil, Guyana dan Guaiana Perancis.

Dikutip dari beberapa sumber, pada awalnya pelaut Spanyol, Alonzo De Hojeda menyusuri laut Amerika Selatan karena didorong atas informasi bahwa disana banyak tersimpan kandungan emas.

Adalah Guyana daerah yang menjadi rebutan para imperialis barat, dengan Belanda sebagai penguasa pertama di daerah itu tahun 1530. Kemudian Spanyol juga mencari daerah ekspansi baru dan Guyana dikuasai Raja Spanyol mulai tahun 1595 selama beberapa tahun.

Inggris juga tidak ketinggalan menguasai hingga tahun 1639. Selanjutnya Suriname yang menjadi bagian di tengah-tengah Guyana itu berulang kali dikuasai Inggris, Belanda dan sebaliknya.

Semenjak diratifikasi oleh Inggris dan diserahkan ke Belanda tahun 1814, Suriname kemudian secara bertahap ‘mengimport’ tenaga kerja dari wilayah Hindustan kemudian dari Jawa, karena sudah tidak boleh memperdagangkan budak.

Perang Dunia Pertama dan Kedua tidak terlalu berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi dan politik di negara itu. Namun akhirnya ditandatangai referendum untuk mengakhiri penjajahan di tahun 1961.

Kemerdekaan baru bisa dicapai beberapa tahun kemudian yaitu tepatnya di tanggal 25 November 1975, namun segala sesuatu masih tergantung dari bantuan Belanda untuk sektor ekonomi dalam pembangunan negara mereka.

Peringatan Hari Guru

Hari ini tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru yang memiliki sejarah panjang bagaimana organisasi keguruan dibentuk dan dijalankan.

Dilansir dari beberapa sumber, pada masa kolonial didirikan organisasi yang dinamakan Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang anggotanya merangkul semua profesi guru mulai guru desa, guru bantu, kepala sekolah dan penilik sekolah.

Sekolah-sekolah waktu itu masih menggunakan bahasa-bahasa daerah sebagai bahasa utama dengan juga ada penggunaan bahasa Melayu sebagai pengantarnya. Selain itu juga banyak organisasi-organisasi guru yang bercorak keagamaan dan kedaerahan.

Masih kentalnya perbedaan kelas sosial, status, pangkat, latar belakang membuat persatuan-persatuan guru tersebut sangat sulit untuk merubah nasib mereka di masa kolonial Belanda.

Dengan semangat untuk mencapai kemerdekaan dan memperbaiki nasib, maka PGHB diubah menjadi PGI atau Persatuan Guru Indonesia.

Namun ketika masa penjajahan Jepang segala aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan diawasi ketat dan dibekukan sementara sehingga pergerakannya sangat terbatas.

Ketika Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya, semangat untuk menghidupkan kembali organisasi guru ini bangkit lagi. Akhirnya direalisasikanlah sebuah kongres yang pertama pada tanggal 25 November 1945 di Surakarta, dan juga menyetujui untuk perubahan nama menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Kongres tersebut yang akhirnya dijadikan peringatan setiap tahunnya Hari Guru untuk menghargai jasa para pengajar dan pahlwan tanpa tanda jasa ini.

Tema setiap tahun peringatan Hari Guru ini berbeda-beda, seperti pada tahun 2021 ini mengambil tema ‘Bergerak Dengan Hati, Pulihkan Pendidikan’.

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *