Ilmu Nafi’ Menurut Santri Imam Al Ghozali

Posted on

Misteri ilmu nafi’- Ilmu nafi’ disebut juga ilmu yang bermanfaat. Imam Ghazoli dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan secara rinci ciri-ciri dari ilmu nafi’ sebagai berikut:

والعلم النافع هو ما يزيد في خوفك من الله تعالى، ويزيد في بصيرتك بعيوب نفسك، ويزيد في معرفتك بعبادة ربك، ويقلل من رغبتك في الدنيا، ويزيد في رغبتك في الآخرة، ويفتح بصيرتك بآفات أعمالك حتى تحترز منها، ويطلعك على مكايد الشيطان وغروره،

Artinya, “Ilmu yang bermanfaat adalah menambah rasa takutmu kepada Allah, menambah kebijaksanaanmu dengan aib-aib dirimu, menambah rasa makrifat dengan beribadah kepada Tuhanmu, serta meminimalisasi kecintaanmu terhadap dunia, dan menambah kecintaanmu kepada akhirat, membuka pandanganmu atas perbuatan jelekmu, hingga kau dapat menjaga diri dari hal itu, serta membebaskanmu dari tipu daya setan,” (Lihat Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Kairo: Maktabah Madbuli, 1993 M], halaman 38).

Misteri Ilmu Nafi’

Dari kitab Bidayatul Hidayah tersebut, kita dapat mengetahui tentang ciri dari ilmu nafi’

Renungan santri imam Al – ghozali

Dahulu ada seorang santri yang mengabdi dan berkhidmat pada Imam Al-ghozali. Ia dengan tekun belajar dan menuntut ilmu dari beliau. Sehingga menguasai daqo-iqul ulum, ilmu – ilmu yang mendetail yang tidak diketahui oleh orang awam, dan memiliki kekuatan jiwa.

Pada suatu hari santri Imam Al-ghozali merenung dan tafakkur akan keadaan dirinya dan khawatir terhadap perilakunya.

Lalu ia berkata : “ sungguh aku telah membaca bermacam –macam ilmu dan telah ku curahkan umur ku untuk belajar dan menghasilkan ilmu. Saat ini yang selakunya aku ketahui adalah, ilmu yang mana yang bermanfaat bagi kehidupan ku. Serta menjadi teman kelak di dalam kuburku. Dan ilmu yang mana yang tidak bermanfaat bagi kehidupan ku, sehingga akan aku tinggalkan,

Sebagaimana sabda nabi SAW yang artinya :

Ya Allah, aku berlindung pada mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Renungan –renungan ini selalu terngiangan dalam kehidupan nya dan menghantui pada diri nya. Sehingga ia menulis surat kepada gurunya imam al-ghozali.

Untuk meminta wejangan dan penjelasan tentang kegundahan hatinya tentang beberapa masalah yang menghantui kehidupannya.

Memohon nasehat dan do’a, sambil mengatakan : walaupun kitab –kitab karya guruku Imam Al-ghozali seperti kitab fenomenalnya yaitu Ikhya’ Ulumuddin dan kitab – kitab lainnya sudah mencakup jawaban dari masalah dan problem ku. Namun yang aku inginkan dari imamku al-ghozali menulis pada sebuah lembaran –lembarang kertas yang akan selalu bersama ku sepanjang hidup ku. Dan akan aku amalkan isinya sepanjang umur ku, insya Allah.

Surat Imam Alghozali

Kemudian Imam Al-ghozali menulis surat sebagai jawaban dari surat muridnya.

Duhai anak ku!

Semoga Allah selalu melanggengkanmu menjadi orang yang taat dan menjadikan mu orang yang mengikuti  perilaku kekasih nya.

Sesungguhnya penjelasan nasehat ku tertulis dalam surat ini. Jika dalam surat ini kamu bisa mengambil nasehat dan faedah, nasehat apa yang kamu butuhkan?

Dan jika kamu dalam surat ini tidak dapat mengambil nasehat dan pitutur. Maka ucapkan kepada ku, apa yang telah kamu hasilkan dimasa –masa yang lalu.

Duhai anak ku!

Sebagian yang telah di nasehatkan rasulullah pada ummatnya, yaitu ucapan beliau :

“Tanda berpalingnya Allah dari hambanya adalah, jika jika ia ketungkul dan sibuk melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Dan sesungguhnya orang yang kehilangan waktu dari umurnya untuk selain ber ibadah. Tentu ppatut baginya selamanuya menyesal. Dan barang siapa yang umurnya melebihi 40 tahun. Namun amal kebaikannnya terkalahkan oleh [perbuatan jeleknya, maka bersiap –siaplah untuk masuk ke dalam neraka.

Di dalam nasehat ini telah mencukupi bagi orang yang ahli ilmu.

Duhai murid ku!

Memberi nasehat itu mudah, yang sulit itu menerimanya karena nasehat bagi orang ya ng menuruti nafsunya itu terasa pahit, sebab justru yang di larang itu yang disenangi dalam hatinya.

Terlebih bagi meraka yang belajar ilmu hanya untuk pengetahuan,  dan sibuk untuk kenyamanan diri dan keindahan dunia.

Mereka menyangka bahwa ilmu tanpa amal akan menjadi penyebab kemaslahatan dan kebahagiaannya. Dan merka menyangka bahwa ilmu itu tidak membutuhkan amal.

Yang demikian itu adalah i’tiqodnya kaum falasiah, “ subhanallah”. Orang yang maghrur terbujuk itu tidak tahu ketika ia menghasilkanilmu tanpa diamalkan hal itu akan menjadi hujjah yang sangat kuat dan saangat membahayakan dirinya. Rasulullah SAW bersabda :

Manusia yang paling berat mendapat siksa kelak dihari kiamat, yaitu yang memiliki ilmu yang Allah tidak memberi manfaat atas ilmunya.

Demikian Misteri Ilmu Nafi’ Menurut Santri Imam Al Ghozali.

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *