Penulis, komedian, aktris dan sutradara Raditya Dika baru-baru ini memberikan wawasan tentang kesalahan apa yang sering terjadi pada investor pemula.
Melalui akun Youtube pribadinya, Raditya Dika atau akrab disapa Bang Radit berdiskusi dengan Kak Banyu. Kepala pengembangan pasar di perusahaan Indo Premier Sekuritas tentang pengetahuannya berinvestasi di saham.
Berdasarkan video akun tersebut, berikut 7 kesalahan investor pemula menurut Raditya Dika yang bisa kamu pelajari untuk menghindari kesalahan tersebut.
1. Tidak Tahu Cara Manejemen Keuangan
Ketika mengobrol perihal saham, kita tentu tidak akan terlalu jauh dari topik bagaimana mengelola uang. Seseorang yang tidak dapat mengelola uang akan merasa sulit untuk melakukan kegiatan investasi saham.
Ini karena orang tersebut tidak hanya mengalami kesulitan memahami tindakan. Tetapi bahkan tidak tahu untuk apa uang akan digunakan. Dan berapa banyak uang yang harus dia simpan sebagai bekal untuk masa depan.
Oleh karena itu, cara pertama yang bisa kita lakukan sebelum mengetahui cara mengelola uang adalah dengan melakukan perencanaan keuangan.
Perencanaan keuangan merupakan hal yang sangat penting karena akan dijadikan panduan bagi seseorang yang akan mencapai tujuannya di masa depan.
2. Keseringan Menunda Memulai Berinvestasi
Kesalahan nomor dua yang sering dilakukan investor pemula adalah menunda untuk mulai berinvestasi meskipun mereka sudah memiliki perencanaan keuangan.
Penundaan ini biasanya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti takut mencoba, tidak punya waktu untuk mempelajari saham. Merasa seperti mereka tidak memiliki uang ekstra untuk cadangan dalam investasi saham, dan banyak lagi.
3. Sering Salahpaham Soal Investasi Akibat Minim Pengatahuan
Kesalahan yang ketiga merupakan kesalahan yang sangat sering terjadi pada investor pemula. Kesalahpahaman atas ilmu mengenai investasi ini biasanya terjadi ketika seseorang tidak bisa membedakan mana aktivitas yang merupakan investing, saving, trading, ataupun gambling.
Nah, perihal definisi investasi, saving, trading dan gambling. Silahkan perdalam sendiri dengan melakukan pencarian di google, youtube dan orang-orang yang berpengalaman.
4. Salah Tempat Belajar Investasi
Kesalahan keempat tidak datang dari sisi dalam investor, tetapi dari sisi eksternal. Saat ini, ada banyak pelatih atau pembicara yang mengisi seminar dengan tujuan mendorong masyarakat umum untuk berinvestasi.
Sayangnya, bagaimanapun, sebagian besar pelatih atau pembicara hanya menekankan materi tentang jumlah keuntungan yang mereka hasilkan dari bermain saham. Dan cenderung tidak berbicara tentang kerugian yang mereka alami atau risiko yang mereka tanggung.
Hal ini akan membuat orang awam tidak berpikir matang terlebih dahulu sebelum akhirnya terjun langsung ke dunia investasi.
5. Ekspektasi Yang Tidak Realistis
Kesalahan kelima terjadi ketika investor pemula merasa bahwa ia akan selalu berhasil dengan mudah menjadi investor yang sukses dengan cara instan. Misalnya, ketika ada investor pemula yang baru saja memulai kegiatan investasi dalam waktu singkat tetapi ingin segera menjadi Warren Buffet, dia adalah investor terkenal di dunia.
6. Hanya Menempatkan Uang Pada Satu Saham
Kesalahan keenam yang sering terjadi pada investor pemula adalah ketika mereka memasukkan semua uang atau modal mereka ke dalam satu sektor. Misalnya, mereka memiliki 5 saham, tetapi semua saham itu hanya tumbuh di sektor perbankan.
Ini akan menimbulkan risiko kerugian besar yang sangat tinggi jika terjadi situasi dan kondisi di mana sektor perbankan jatuh nilai sahamnya.
Kerugian besar tentu akan terjadi karena semua uang yang Anda miliki pasti akan mengalami penurunan nilai pada saat yang bersamaan.
7. Keseringan Membandingankan Portofolio
Kesalahan terakhir yang sering dilakukan investor pemula adalah ketika Anda sering membandingkan portofolio saham yang Anda miliki dengan portofolio saham orang lain, apakah itu teman, tokoh masyarakat, atau pembicara seminar saham Anda.
Ini tidak baik karena portofolio setiap orang pasti memiliki perbedaan karena perbedaan waktu, jumlah modal, risiko dalam portofolio saham masing-masing orang.
Selain itu, perilaku membandingkan portofolio saham juga cenderung tinggi atau berbahaya karena bisa jadi ketika kita melihat portofolio orang lain. Perusahaan yang dibeli orang lain memiliki nilai saham yang tinggi, tetapi ketika kita membeli, perusahaan tersebut menurun nilai sahamnya.
Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk mempelajari diri kita sendiri dan membuat pola kita sendiri dalam berinvestasi tanpa meniru pola orang lain secara keseluruhan.